PERLU DIPERBANYAK BACAAN BERWAWASAN KEBHINEKAAN
Tarakan (8/08). Bacaan anak berwawasan kebhinekaan perlu diperbanyak. Hal itu menyusul makin menguatnya tren sentimen kebencian berdasar SARA. Demikian pendapat Muhammad Thobroni, Dosen FKIP Universitas Borneo Tarakan (UBT) yang juga pengamat budaya. "Penyediaan bahan bacaan berwawasan bhineka tunggal ika juga lebih khusus lagi perlu mempertimbangkan kearifan lokal seperti cerita rakyat. Cerita rakyat merupakan khazanah kebudayaan lokal yang
diwariskan nenek moyang. Mengandung nilai-nilai pendidikan. Sehingga dapat menjadi sarana membangun kesadaran bhineka tunggal ika sejak masa kanak-kanak," ujar Thobroni.
Thobroni menambahkan bahwa, minat membaca dan memahami kembali kearifan yang terkandung dalam cerita
rakyat perlu didorong. "Cerita rakyat merupakan wajah
masa lalu bangsa ini. Cerita rakyat adalah penyambung lidah rakyat masa lalu
dengan masa kini, yang tersebar secara lisan," ungkapnya. Menurut Thobroni, terdapat pandangan sastra merupakan cermin masyarakat. Sastra juga memberi ajaran dan kenikmatan. Sastra
diharapkan dapat menggerakkan pembaca kepada kegiatan bertanggungjawab.
Cerita rakyat bisa
dianggap sebagai cermin masyarakat pada zaman tertentu. "Cerita dapat mengungkapkan pemikirannya, perasaannya,
dan cara masyarakat menyelesaikan berbagai persoalan. Cerita rakyat
juga dapat mengungkapkan cara masyarakat zaman dulu menghadapi pergulatan
keragaman budaya di tengah kehidupan sehari-hari. Cerita rakyat sekaligus
menghadirkan pelajaran bagi generasi sekarang. Untuk menjaga semangat bhineka tunggal ika dan kerukunan masyarakat," kata Thobroni yang juga Ketua Umum Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia (HISKI) Kalimantan Utara itu. Alasan itulah yang mendorong, bacaan yang mengandung semangat bhineka tunggal ika harus diperbanyak. Termasuk bacaan cerita rakyat dan buku fiksi modern.
Comments
Post a Comment