SULAWESI
(06/09). Beragam persoalan hidup berkelindan di tengah masyarakat, mulai
politik, agama, sosial-budaya, dan sebagainya. Persoalan tersebut terus
terjadi, berkait paut antara politik, uang dan cinta. Kadangkala, keresahan dan
kegelisahan seseorang dengan diri sendiri, dengan orang lain, dengan Tuhan,
dengan alam sekitar dan dengan bayang-bayang yang terus menghantui. Karya
sastra sebagai “dokumen sejarah” terus merekam dan menyuarakan beragam
persoalan yang tersirat maupun tersurat dalam kehidupan masyarakat. Termasuk
kehadiran pribadi-pribadi yang masih menjadi perdebatan di tengah keluarga dan
masyarakatnya, sedangkan dia adalah sosok manusia yang lahir oleh anugerah
Tuhannya, bukan atas kemauan sendiri.
Berangkat
dari kegelisahan tersebut, masyarakat yang bergabung dalam Lembaga Seni Muslimin
Indonesia (Lesbumi) sebuah organisasi kebudayaan di bawah ormas Nahdhatul Ulama
(NU), menggelar Seri Diskusi Celebai dengan tema “Perempuan dalam Tubuh Lelaki.
“Di sekeliling kita, hampir tidak bisa disangkal keberadaan seorang pria
gemulai. Masyarakat umum menyapa mereka sebagai Waria. Bahkan mungkin di setiap
daerah punya sapaan lainnya. Di Bugis, mereka disebut Calabai. Yakni sebutan bagi laki-laki yang memiliki tabiat
menyerupai perempuan. Menariknya, masih di Bugis, ada segelintir Calabai yang menjadi Bissu. Mereka adalah ahli waris adat dan
tradisi luhur suku Bugis yang diyakini sebagai penghubung antara alam manusia
dan alam dewata,” jelas Syafieq Bilfaqih, Ketua Lesbumi Sulawesi Utara.
Bilfaqih
menambahkan, Bissu merupakan pemuka
spritual yang telah melampaui sifat laki-laki dan perempuan di dalam dirinya.
Mereka adalah para pengemban tugas sebagai penjaga keseimbangan alam. Lepas
dari “Apa” dan “Bagaimana” pergerakan Bissu,
masyarakat luas masih belum "tentram" dengan mereka. Lebih-lebih mereka
para Calabai (Waria) yang tidak berurusan dengan aktivitas seperti Bissu (Budaya, Agama dan Ritual), sering
mendapat tindakan diskriminasi.
Para
pegiat budaya Lesbumi mengundang masyarakat luas untuk membahas keberadaan Bissu, yang dipandang dalam perspektif
budaya masyarakat Bugis, serta menelisik posisi Calabai di tengah kehidupan
sosial. Diskusi Novel Calabai; Perempuan Dalam Tubuh Lelaki Karya Sahabat
Saprillah Syahrir Al-Bayqunie (Peppy) tersebut akan dihadiri pengarangnya
secara langsung. Acara akan dilaksanakan pada: Jum'at, 08 Sep 2017. Pukul 19.30
Wita di Markas Kebudayaan Lesbumi NU Sulut, Jl. Cendrawasih Ling. II Samping
Gereja Kompleks Masjid Al Gufran, Kel. Malendeng Kec. PaalDua Kota Manado.
Pematik Diskusi bersama Penulis Novel tersebut dengan Moderator; Mardiansyah
Usman, S. Pd. I. (ambau.id/ilustrasi: www.123rf.com)
Comments
Post a Comment