+++
Pertama, soal Telegram! Seperti yang kami prediksi, pemilik Telegram mas Durov dengan senang hati datang ke Indonesia dan bertemu dengan pemerintah membahas berbagai isu terkait pemblokiran Telegram. Pribadi yang humble, tenang, dan cara bicaranya yang runut dan sistematis membuat suasana diskusi menjadi lebih santai namun tetap serius dan substantif.
Sebagaimana halnya diskusi dan negosiasi, belum semua ekspektasi kami dipenuhi oleh mas Durov. Tapi inti dari substansi pembicaraan sangat dipahami oleh mas Durov dan berjanji akan bersama-sama mencari solusi yang terbaik. Bagi kami, ini sebuah kemajuan dalam tahap sebuah hubungan.
Diskusi dan negosiasi dengan Telegram sebetulnya belum benar-benar usai. Ibarat bermain catur, kami baru bermain di langkah ketiga dari kemungkinan puluhan atau ratusan langkah berikutnya. Kami menikmati sportifitas permainan, bukan sekedar cari menang-menangan.
+++
Kedua, Facebook! Tidak hanya Telegram, beberapa waktu lalu, kamipun mengundang beberapa petinggi Facebook untuk mendiskusikan banyak hal. Kami senang akhirnya kantor baru Facebook di Jakarta akan dilaunching pertengahan bulan ini (meskipun baru sebatas sales office).
Diskusi dengan Facebook sebetulnya sudah sangat sering kami lakukan (tanpa publikasi media), kami mempunyai agenda rutin pertemuan untuk membahas banyak isu khususnya terkait penanganan konten negatif (seperti pornografi, akun palsu, fraud, child pornography, dll). Diskusi terus dilakukan agar Facebook meningkatkan service level-nya dalam merespon permintaan pemerintah terkait pemutus akses konten-konten negatif. Saat ini baru sekitar 50% dari sekitar 400an permintaan yang disetujui untuk dilakukan take down (kecuali untuk urgent request yang hampir 100% dipenuhi).
Angka tersebut sebetulnya mengalami kemajuan dalam 6 bulan terakhir. Facebook juga sepakat dan sudah menempatkan orang Indonesia sebagai pegawainya untuk menjadi penghubung komunikasi dengan pemerintah.
Dalam beberapa bulan mendatang, pemerintah akan terus mengevaluasi terhadap service level Facebook terhadap permintaan pemerintah terkait pemutusan akses konten-konten negatif. Harapan kami (meski sulit), Facebook mau memenuhi 100% permintaan terkait pemutusan akses konten-konten negatif.
+++
Ketiga, besok, kami lanjutkan berdiskusi dengan Google (termasuk youtube) dan Twitter terkait penanganan konten-konten negatif. Dua raksasa internet ini sebetulnya sudah menjalin hubungan sangat baik dan erat dengan pemerintah. Tapi bukan berarti semua permintaan pemerintah, dengan sukarela mereka penuhi. Ada banyak tahapan dan pembicaraan panjang agar kesepahaman terjalin di banyak aspek. Intinya diskusi dan silaturahmi masih akan terus dilakukan untuk manfaat yang lebih besar bagi masyarakat.
+++
Platform sosial media lain seperti Line dan Bigo Live sudah duluan berinisiatif untuk bekerjasama dengan pemerintah dalam penanganan konten-konten negatif dan menempatkan perwakilannya di Indonesia. Bigo Live bahkan setuju memindahkan pusat monitoring kontennya dari Guang Zou ke Jakarta sejak beberapa bulan lalu dengan merekrut puluhan pegawai orang Indonesia.
+++
Kami tahu, pemerintah bisa saja dengan kewenangannya memaksakan para pemilik platform medsos atau aplikasi messenger untuk ikut semua yang diminta pemerintah. Tapi di dunia siber, cara tersebut tidak selalu dibenarkan. terlebih Indonesia sebagai salah satu negara demokrasi terbesar di dunia. Penghormatan terhadap privasi dan kebebasan berekspresi seolah harga mati. Tidak ada alasan untuk menggunakan kewenangan pemblokiran untuk bersikap otoriter dan sewenang-wenang. Tapi jika itu terpaksa harus dilakukan, maka kepentingan yang lebih besar yang akan kami utamakan!
Meski minim publikasi, jalan diskusi tetap akan kami lakukan secara bertahap dan berkelanjutan. Kritik dan solusi akan sangat kami butuhkan, karena banyak hal (termasuk kesalahan-kesalahan) yang harus kami benahi.
+++
Jadi, silahkan bermedsos dengan riang, tuangkan semua kebahagiaan, banjiri dengan banyak kebaikan. Yang masih sibuk main bani-banian atau rezim-reziman silahkan saja jika mau dilanjutkan, tapi maaf kami tidak ikutan! :)
TEGUH ARIFIYADI, pegawai negeri sipil
Comments
Post a Comment