Suharti tak menyangka, hari itu adalah perubahan. Menjelang 1945, Ianjo atau rumah panjang dari kayu yang dibangun Jepang di pusat Balikpapan tiba-tiba sepi pengunjung. Rupanya pasukan sekutu menggempur Jepang di Balikpapan. Kilang minyak terbakar. Bom berjatuhan. Balikpapan terbakar.
Suharti yang tak pernah punya pengalaman tinggal di tempat asing akhirnya memutuskan jalan kaki menuju Banjarmasin, menerobos belantara dan makan apa saja di hutan sampai 52 hari. Ia sempat ditolong orang-orang Dayak.
Suharti masih 15 tahun ketika diambil paksa dari desanya di Kediri pada 1944. Perangkat desa mendesak mengambilnya dari orang tuanya dengan dalih perintah Jepang. Akhirnya Suharti diberangkatkan dengan truk militer, kemudian dinaikkan kapal Jepang Nichimaru selama dua hari ke Kalimantan. Sesampainya di sana, ia diperkosa juga dipaksa menjadi pemuas nafsu seksual tentara Jepang juga sipil. Ia dipaksa menjadi pelacur, seorang Ianfu. Kehidupan remajanya dirusak begitu rupa, hari-harinya menjadi derita.
Saya pernah mencoba melacak di mana Ianjo itu didirikan. Ianjo yang konon di bangun oleh Yasuhiro Nakasone yang kala itu menjadi kepala juru bayar. Pencarian saya buntu.
Juga dari buku- buku yang ditulis oleh Herry Trunajaya terkait sejarah perang di Balikpapan yakni Balikpapan 13 November 1945, buku Minyak dan Revolusi, termasuk buku War of Balikpapan, lebih banyak menceritakan perang dari sisi maskulin dan heroisme. Saya tak menemukan sisi lain, seperti sudut pandang korban kekejaman perang semacam Suharti.
Yang menarik cerita Suharti ini tak berakhir begitu saja. Rupanya kelak sang kepala juru bayar Ianjo Balikpapan itu Nakasone, selepas selamat dari pengadilan kejahatan perang ia membangun karier politik hingga menjadi perdana menteri pada 1982-1987. Perdana menteri Jepang pernah kerja jadi kepala juru bayar membuat Ianjo, rumah bordil di Balikpapan adalah sejarah yang jarang diungkap.
Belakangan berdasar memoar Nakasone juga satu dokumen yang diberi nama dokumen Yabe terungkap fakta yang menunjukkan Nakasone mendirikan rumah hiburan juga mengumpulkan perempuan lokal untuk tentara Jepang. Gugatan penyelesaian kasus Ianfu mengemuka.
Dalam Historia nomor 3 tahun 1- 2012, dituliskan pada penghujung 2009 dibantu oleh peneliti kasus Ianfu Suharti datang ke Jepang. Ia sempat berkeliling kota-kota besar di Jepang : Osaka, Nagoya, Tokyo, Fukuoka, dan Kagoshima. Selain itu ia akan dipertemukan dengan Nakasone. Suharti merupakan satu-satunya mantan Ianfu yang masih hidup dari Ianjo yang dibuat Nakasone. Pertemuan itu untuk mendengarkan permintaan maaf dari Nakasone.
Setelah melalui berbagai janji temu yang sulit. Jadwal didapatkan. Suharti gelisah, ia menguatkan diri untuk perjumpaan itu. Ia ingin menatap langsung ke dalam mata orang yang membuatnya mengalami penderitaan di Balikpapan.
Namun, setelah jadwal itu tiba Suharti telah bersiap menunggu di gedung organisasi nirlaba milik Nakasone, sekretarisnya mengabarkan tiba-tiba Nakasone tak dapat hadir dalam pertemuan itu, karena batuk.
Akan berhadapan dengan perempuan tangguh ini, mantan perdana menteri Jepang itu rupanya tak siap. Ia gentar!~
CHAI SISWANDI, budayawan kutai
Comments
Post a Comment