: anto narasoma
akulah kedai kopi yang mencurahkan rasa manis dari gelapnya bayang-bayang pekat dalam sakumu.
dari butiran gula yang kau pakai sebagai tentara
tak pernah terusik meski darah dan nyawa bergelimang di matamu.
bertahun-tahun hari yang kau pakai sebagai penyadaran hilang di balik kisi-kisi penjara.
akulah kedai kopi yang memucatkan warna hitam dari kulit dan tubuh laki-laki rohingya.
dari rebusan kopi yang kau tuang ke dalam cangkir
meengucurkan darah ke desa-desa di rakhine.
sedangkan mayat-mayat yang kau tumpuk dalam kekejian kemarin,
mematikan kejujuran yang kau ajarkan ke sejumlah tentara di wilayah itu.
: apakah keibuanmu
yang menyita perhatian dunia
diam-diam kau simpan ke dalam sarung bedilmu?
akulah kedai kopi yang merebus masalah dari tanahmu.
lewat malam-malam mendebarkan,
tiap butiran gula yang kau reguk bersama moncong peluru,
meenggeledah suara-suara ketakutan, terkulai dalam persembunyian.
jangan kau tanya
tatkala butiran gula
menebarkan kopi kopi-Nya untuk menyergap tiap pemuda yang kau kirim ke pintu-pintu kematian abadi.
tak ada kemanisan dan kegetiran yang menyatukan kenikmatan.
semua lupa,
kau pun tak ingat
ketika tentara membatasimu sebagai maanusia
dalam kekejian di penjara.
bahkan,
orang-orang rohingya pada tiap matahari tampil dalam busana kemanusiaan,
mereka luntur menjadi hewan-hewan yang diburu dan disembelih sebagai khalifah Tuhan.
September 2017
Comments
Post a Comment