garam di tepian jalan menangis lagi
ketika luka meradang di dinding hati,
cinta terpidana
di kamp-kamp jiwa tak bertuan
kebenaran disembunyikan dalam lipatan peradaban
ketika keangkaramurkaan menjajah hati nurani
dan kemunafikan berkuasa atas diri
di sini aku terpaku tak punya belati
tangan tak lagi berarti
kata-kata tergadai kini
umpat-caci adalah tradisi
di mana kita dapatkan lagi?
garam asin tersenyum di pagi hari
dalam canda tanpa polusi
(ilustrasi maduraku/ yuk ke bagian bawah blog dan klik iklannya untuk informasi berharga dan mencerahkan)
Comments
Post a Comment