Dari atap rindu kulihat pendar-pendar cahaya kota menulis biografi tubuh yang tak lelah mengarungi laut: laut asmara kita yang selalu memuntahkan badai yang tercipta dari kibas panjang hitam ikal rambutmu sesaat sesudah kutatap hikmat tanpa kejap. Sejak itu kau tutup kepalamu pakai hijau kerudung yang kubeli di tengah keramaian pasar dzikir dan suara nasihat. Biar hulu ombak dahsyat tersumbat dan laut menarikan alun tenang yang direkam oleh sejarah komposisi tari keanggunan. Tapi kapalku berguncang dan berguncang selalu karena laut tak pernah tenang: gulung gelombang badai selalu besar. Tak terasa suatu ketika datang amat dahsyat badai yang melontarkan kapalku jauk h ke daratan dan tersangkut di atas rumah: rumah cinta yang kucari-cari di belantara waktu yang selalu hijau oleh musim.
(ilustrasi dance tabs/ yuk ke bagian bawah blog dan klik iklannya untuk informasi berharga dan mencerahkan)
Comments
Post a Comment