Aceh mengundang resah dalam nafasku. Ia hadir di seluruh pori-poriku. Siang malam aku menunggu. Akhirnya sampai juga dia di jalan itu.
Jalan berduri. Negeri persinggahan kaum nayaga itu lama bersimbah darah. Tergores dan terluka. Tari seudati tak seindah nyanyian pagi. Seulawah menyimpan berjuta kunang-kunang.
Kini, damai juga dia. Sejumput syukur melesat di binaran sanubariku. Anak-anak riang bermain. Bungong jeumpa mekar di sisi Cut Nyak. Menerpaku. Aromanya sampai ke seantero negeri. Mengangkasa ke swarga.
Damai juga dia. Jangan hentikan kami untuk melangkah. Sebab, Acehku lelah dilibas. Popor senjata dan tsunami.
Jangan hentikan keriangan kami. Jangan hentikan. Sebab didih ini telah luruh, berganti buhul yang tak bisa dilepaskan.
Kepadamu aku bersimpuh : kami telah lelah.
(ilustrasi wikipedia/ yuk ke bagian bawah blog dan klik iklannya untuk informasi berharga dan mencerahkan)
Comments
Post a Comment