Rama, haruskah kupenuhi segala pintamu dengan mengorbankan kedaulatan diriku: menjalani laku bakar diri demi bukti kesucianku atau gemerlap kuasamu?! Tak, Rama, tak: adaku harus merdeka dari kuasa berselubung rasa cinta: jelas kupilih memanggul duka dan cerca ketimbang membuktikan kesucianku bagimu! Bukankah adaku suci sejak mula, sejak sediakala?! Untuk apakah membuktikannya: buat memuaskan rasa bimbangmu?!: untuk menabalkan wibawa kuasamu?! Oo rasa kedamaian kenapa rasa percaya lari berkelebatan.
Rama, sejak dicipta hingga dewasa, rupanya kau tak pernah paham makrifat cinta: selalu kau pandang cinta dengan kuasa saja: berkaca pepatah tua yang menguntungian dirimu semata. Bukankah cinta sejati membutuhkan dalam rasa dan kejernihan jiwa?: tempat kesetiaan telah dipahatkan di sana! Rama, kepala dan dadamu disesaki hasrat kuasa, bukan rasa birahi cinta! Maka kau begitu tega: bahkan kepadaku yang demikian setia. Oo...di mana ketanpapamrihan cinta: cumakah ilusi para pencinta yang selalu gagal menafsir maka?
(ilustrasi art majeur/ yuk ke bagian bawah blog dan klik iklannya untuk informasi berharga dan mencerahkan)
Comments
Post a Comment