Saat pilar-pilar suramadu menjulang tinggi
Para penghuni tanah seberang tersenyum menawan
Gemuruh ombak malu-malu menatapku
Kapal-kapal jukung masih asik merayu wanita pujaanku.
Tanah seberang mengerang saat tertusuk pilar jembatan
Para penghuni berseru lantang menentang
Tersambut malu daun-daun camplong berguguran
”jangan tusuk tanah leluhurku!”
Aku akan tetap berbaring di ladang-ladang tandus ilalang
Tak peduli jembatan dialiri madu dan uang
Ladangku tetap suci mengalir garam ke wajan-wajan
Buta huruf, taat mengaji siang-malam, surga Kaujanjikan.
Ombak laut antarkan kapal-kapal jukung ke tepian
Wanita pujaanku tersipu malu
Jilbab pinkmu terjamah angin buritan
Kautetap tancapkan pilar-pilar di laut kehidupan
Janjimu tuk makmurkan anak-anak seberang.
Kedip mata kasihku merayu
Kausambungkan lidah dan kecerdasan ujung selatan dan utara
Demi tertata ladang tandus ilalang
Kelak, baju-baju indah dan makanan khas terjual di kana-kiri jalan
Garam, batik, ikan asin, dan karapan sapi dikenang wisatawan
Para artis ribut tancapkan tiang inap berbintang
Harga surat per lembar sudah dihitung-hitung aparat
Tuan tanah bersilat lidah dan kucing-kucingan dengan pejabat.
Impian wanita pujaanku bak manis madu:
“di ujung jembatan suramadu elok ekonomi kautata rapi menakjubkan pembeli”.
Suramadu, saat pilar dan ladang seteru
Kautetap pujaanku
Walau maduku tercemar asin garammu
Kapal-kapal jukung janji akan seberangkan citaku dan cintamu.
Sidoarjo, Jawa Timur
Ilustrasi nettik/ yuk klik iklannya
Comments
Post a Comment