Pemerintah telah deklarasi Gerakan Literasi Sekolah (GLS) untuk menggeliatkan tradisi literasi bagi warga sekolah di seluruh Indonesia.
Para guru dan kepala sekolah di Kalimantan Utara menyambut deklarasi GLS dengan penuh semangat. Mereka terus berusaha menciptakan inovasi pembelajaran dan kebijakan sekolah yang ramah literasi. Para guru menciptakan pojok baca, memanfaatkan lemari bekas menjadi lemari pintar, menciptakan model pembelajaran literasi dan sebagainya. Hal itu terungkap pada acara Bedah Buku "Kisah dari Tapal Batas" yang berisi pengalaman mengajar literasi beberapa guru di Kota Tarakan, serta kebijakan yang pernah diambil kepala sekolah dalam mewujudkan sekolah literasi.
Pakar literasi dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Borneo Tarakan, Dr. Dwi Cahyono Aji, menyatakan bahwa buku tersebut menunjukkan bahwa guru di Kalimantan Utara menunjukkan semangat luar biasa dalam literasi. "Para kepala sekolah juga tampak berpikir out of the box. Artinya mereka tidak menikmati berpikir di zona nyaman tapi terus mengusahakan inovasi di luar kelaziman biasanya. Buku seperti ini tampak seperti buku di luar negeri, seperti Jepang," ujar Dwi Cahyono Aji.
Rita Kumalasari, peneliti sastra anak UBT, mengatakan bahwa media pembelajaran yang dibuat para guru tampak menarik. "Semoga ke depan makin menarik dan.makin banyak karya dibuat para guru," ujar Rita memberi semangat para guru.
Selain nara sumber, hadir dalam acara tersebut adalah Wakil Walikota yang juga Plt Walikota Tarakan, Khoirudin Arif Hidayat. Dalam sambutannya, gerakan literasi harus terus dilakukan. Agar sukses, gerakan literasi perlu melibatkan seluas mungkin stakeholder. "Upaya pemerintah perlu didukung banyak pihak. Pemerintah sendiri telah banyak mengusahakan terwujudnya literasi," ujar Khairudin Arif Hidayat. Khairudin Arif dikenal peduli literasi dan pernah menjadi guru
Comments
Post a Comment