Maka, menjelajahlah dahagaku ke sungaiMu
Segenap rindu kulampiaskan dalam sedu sedan itu, dalam tangis dan ratap seperti kanak-kanak
Yang luluh lebur dalam hasrat bak pemuda yang bersyahwat dgn perawan molek
Sungguh, rinduku pada surgaMu sejatinya membuatku mabuk kepayang
Kuhabiskan malam-malamku untuk bersuka dalam puja dan puji
Kutengadahkan tanganku untuk menyembahMu
Kuriang dalam sukacita mahadahsyat, menari bak penari sufi, memainkan tambur, rebana dan kecapi
Memadahkan kitab suciMu setiap hari
Aku pergi ke sudut-sudut jalan, sembahyang khusyuk di sana sembari tak lupa memekikan syiar tentangMu pada semua yang lalu-lalang
Kudatangi orang-orang sakit, memberkati dan kusembuhkan mereka atas namaMu
Umatku dalam sekejap berlaksa-laksa jumlahnya
Kusebut namaMu, kutinggikan asmaMu ke langit ketujuh
Tapi, dimanakah Engkau saat kubutuhkan
Saat kujatuh ke titik nadir, tak kulihat kuasaMu kau turunkan untukku
MukjizatMu hanya ada di kitab-kitab para nabi
dimanakah Engkau saat kedua sayapku patah dan aku hidup bak seorang tawanan?
Lirih kudengar dari kejauhan: "Aku tidak mengenal engkau"
Sontak, kurobek-robek jubahku, kuhempaskan rosario dan salibMu,
Kukafir-kafirkan pengikutMu
Setan dalam dadaku berpesta pora, iblis di telingaku bergelimang suka
Kurubuhkan bait suciMu dalam sekejap, bisakah Kau membangunnya kembali dalam tiga hari?
Dalam lalimku, masih kudengar: kemunafikanmu membuatmu hidup dalam fatamorgana
Kau tidak melakukannya untukKu, tapi demi syahwat kekuasaan dan kemasyuranmu
Maka, kau bukan pemilik surgaKu
Dalam hening berkabut, dua malaikat maut menjemput, terbang membawaku dalam awan gelap dan langit berjelaga, sebelum jatuh terhempas dalam api jahanam, tempat ratap dan kertak gigi tak berampun
Omah Mbah, 18/9/18
Comments
Post a Comment