"Gregorius....Gregorius...Gregorius...
kau dengarkah suaraku, kau dengar?
dari tampuk kuasamu, dari kuburmu
yang tak pernah kutahu, berabad-abad,
tak kurindu, hingga sendi diri jadi ngilu
meski sabdamu menyeret jauh
manusia sampai ujung waktu:
kau tentukan itu dengan nama-nama
dan ukuran di luar takar bahasa dan citra
yang memberiku akar dan riwayat kehidupan"
"Gregorius...Gregorius...Gregorius...
kau lihatkah diriku, kau lihat dengan tegas tatap?
dari kuasa nalarmu, dari bahasamu
yang tak kupahami, berbilang masa,
tak kuharap, hingga tinggal terima
kendati keputusanmu melumatkan
keberadaan manusia di jagat raya:
kau maklumkan itu dengan mitos
asing dan sejarah di luar budaya
moyangku yang silam dan bayang"
Memandang kalender baru Masehi
terpaku di dinding ruang tamu
berjatuhanlah kalender-kalender lain
kalender milik kita yang memuat
riwayat dan akar tunjang kehadiran
di jagat raya dan bumi Indonesia
pula menuntun ke jalan keabadian
cuma wajah tegas Gregorius membayang
bukan potret, bukan lukisan nyata
meski buram kehilangan bentuk
tegas keras meringkus kesadaran
waktu yang kita arungi di bumi
dan sejarah hidup yang kita titi
"Gregorius... Gregorius... Gregorius...
kau lihatkah aku tercerabut dari akar
dan tumbang di kesadaran asing?
merangkak dengan luka peradaban
yang tak lagi sakit di tubuh sebab
teranesthesi sekujur kehidupan"
Membuka lembar kalender Masehi
tergantung di tembok ruang keluarga
aku menapaki jejak kolonialisme
Belanda di subur bumi nusantara
menanam nalar, hitungan, dan
nama-nama baru di luar kesadaran
bahkan pengalaman berbudaya
bumiputera yang terdidik beda
hingga tumbuh jadi mitologi
dan kosmologi baru yang kuasai
detak jantung dan langkah hidup
keberadaan manusia nusantara
"Gregorius...Gregorius...Gregorius...
pohon pengetahuanmu telah subur
ditancap tanam kolonialis Belanda
di hutan kesadaran orang Indonesia"
SELAMAT MEMASUKI TAHUN 2019
Nice
ReplyDelete