Gerimis turun pagi ini mengantar semangat yang goyah ingin kembali ke peraduan
Di kamar kami kembali berkumpul, anak, cucu mendengkur melempar nada
Di dapur suami berkutat dengan piring kotor
dua gelas teh manis dan setangkup roti tersedia di meja
Tak ada aturan siapa yang membuat dan siapa tak boleh membuat
picingan mata yang pertama dialah yang menyajikan segala tanpa dipaksa
Tak ada rasa diperbudak oleh waktu
yang terlelap masih berada di dengkur mimpi bersama gerimis pagi
Sang bapak juga asyik dengan lenguh mesin cuci bersama deru yang tetap menguat
Ia melakoninya tanpa tekanan
Sementara si ibu merajut asa di depan lappy
Menata kata agar indah terbaca
Pagi dan gerimis berbaur dalam imaji
Usai jalinan kisah rekat di alur cerita, langkah menggiringnya ke tukang sayur tetangga
Membeli bahan makanan untuk masakan lezat sederhana di kecap terakhir lidah bergoyang
Pagi berangsur lenyap
rotasi kehidupan bergulir tanpa cakap
Di meja makan tersaji masakan untuk disantap
Si bapak melanjutkan tidur yang tertunda, si ibu meluncur di tuts tuts lappy bersama gelegak khayali
Tak ada yang terpaksa
Lajur kehidupan seperti itu adanya, tahun demi tahun saling berpacu mengejar waktu, berganti bersama nuansa rasa di alur yang sama
Pagi di awal tahun yang baru tetap demikian adanya
Perbedaan hanya tersingkap di nyeri dan loyonya tubuh bergelayut ke bawah, menuju tanah di mana kaki berpijak
Maka dari tanah kembali ke tanah
Pagi dan gerimis mengirim lagu dengan sempurna...
FJP 2/12/2018
Comments
Post a Comment