RIZKA MUSTAMIN | PERJALANAN DARI PELABUHAN TENGKAYU KE DESA TANJUNG MATOL | CERPEN | TARAKAN | KJN | AMBAU.ID | ZONA LITERASI | KALIMANTAN | PERBATASAN
RIZKA MUSTAMIN
CERPEN - Hari ini adalah hari minggu. Hari yang kutunggu-tunggu. Hari ini langkah pertamaku memulai hal baru. Yakni perjalanan ke Desa 3T (Tertinggal, Terdepan dan Terluar). Aku mengikuti kegiatan literasi bertopik “KJN Mendidik dan Perbatasan Cerdas”.
Waktunya 7 hari. Lumayan lama untuk anak gadis sepertiku. Yang tak pernah berangkat sendiri tanpa orang tua. Terlebih ke pedalaman. Ini merupakan pengalaman pertama. Menantang. Dan mungkin lebih sebagai ujian bagiku. Sebab saat ini aku juga mahasiswa. Dan relawan literasi.
Ada tiga Desa yang akan kami kunjungi. Pertama Desa Tanjung Matol, Kecamatan Sembakung Atulai, Kabupaten Nunukan, Kedua Desa Binter. Dan yang ke tiga Desa Suyadon, Kecamatan Lumbis Ogong, Kabupaten Nunukan.
Entah mengapa aku memilih kegiatan ini. Kegiatan yang sudah tergambar dibenakku. Tergambar suasana desa yang serba kekurangan. Yang serba terbatas. Dan pastinya aku tak bisa hidup dalam keterbatasan.
Bismillah aku pilih kegiatan ini. Aku percaya kepada Allah ini adalah pilihan terbaik untukku.
Sejak sebelum pukul 07.00, aku sudah bersiap-siap. Jalan menuju titik kumpul yang telah ditentukan Ketua komunitas Jendela Nusantara (KJN). Setelah sampai, kami pun menunggu kawan-kawan relawan yang lain datang. Kami berjumlah 14 orang. Ada Kak Rahmadina yang biasa di sapa Kak Dina. Kak Dina adalah Ketua Komunitas Jendela Nusantara. Lalu ada Kak Murni sebagai Bendahara. Ada Kak Ainun, Kak Sushe, Kak Hikmah, Bang Agung, Bang Heri, Bang Ichal, Bang Fayzun, Bang Polo, Bang Sultan, Bang Mus, Tri Ermawati, dan Aku.
Tepat pukul 08.00, kawan-kawan relawan yang lain sudah berkumpul semua. Sebelum jalan berangkat kami berfoto ramai-ramai. Kami foto dengan gembira. Penuh semangat. Terlebih menggunakan rompi relawan yang sama. Dan topi di atas kepala. Berwarna hitam bertuliskan “KJN Mendidik 6 #DesaMatol. Tak lupa berdoa agar sampai tujuan dengan selamat.
Kami tiba di Pelabuhan SDF pukul 09.00. Orang luar lebih mengenal pelabuhan ini sebagai Pelabuhan Tengkayu 1. Kami segera naik bus Tayo masuk ke terminal pelabuhan. Speedboat yang kami tumpangi akan berangkat sesuai jadwal pukul 09.14. Menuju Malinau.
Tiga jam untuk sampai di Kota Malinau bukanlah waktu yang sebentar. Sangat membosankan. Tetapi untungnya ada teman-teman yang selalu menghibur. Sehingga waktu yang sangat lama tidak terasa. Hingga kami tiba di Pelabuhan Malinau.
Sekira jarum jam menunjuk 12.45 kami tiba di Malinau. Tepatnya pelabuhan Malinau di tepi sungai Melinau.
Malinau, inilah Kota yang aku impikan. Kota yang ingin kujelajahi semua wisatanya. Mulai dari air terjunnya dan tempat-tempat yang indah.
Namun, itu semua masih sebatas impian, “Ahh sudahlah. Aku percaya suatu saat nanti akan kujelajahi Kota Malinau ini,” ucapku dalam hati. Agar tak kecewa.
Kembali ke realitanya. Tujuan kami ke Kota ini hanya untuk sebrangan. Menuju Kabupaten Nunukan, tepatnya di Lumbis Ogong. Ini saja sudah lumayan. Akhirnya aku bisa menjejakkan kaki di kabupaten Malinau.
Setelah beberapa menit menunggu, akhirnya mobil pickup yang kami sewa datang juga. Kami menyewa dua mobil pickup. Mobil pickup yang pertama untuk menaruh tas pribadi kami. Lalu pickup yang kedua untuk menaruh "barang mendidik" kami. Seperti, lima buah rak buku yang terbuat dari kayu. Juga lima dos besar yang berisi buku bacaan. Semua itu sumbangan dari orang-orang baik yang menyumbangkan buku layak pakai. Masih baru. Untuk diberikan ke semua anak sekolah di perbatasan. Ada dua dos seragam sekolah. Ada alat edukasi untuk Taman Bacaan Masyarakat (TBM). Nantinya akan kami bangun di Desa Suyadon.
Semua sumbangan itu dari orang baik. Yang masih peduli akan pendidikan anak di perbatasan.
“Terima kasih kepada orang-orang baik. Terima kasih kepada Bank Indonesia (BI). Yang telah mensponsori kami. Dan kuucapkan terima kasih untuk komunitasku yaitu, Komunitas Jendela Nusantara (KJN KALTARA). Yang telah mengajarkanku akan peduli Pendidikan," ujarku dalam hati. Air mataku kembali menetes. Kuusap dengan ujung jilbab. Teringat semua kebaikan orang.
Dari Malinau kami menuju Mansalong. Perjalanannya lumayan jauh. Membutuhkan waktu satu jam untuk sampai ke Mansalong. Kami berencana singgah ke rumah Pak Mijon. Rumah yang setahun sekali kami kunjungi. Untuk menitipkan barang-barang ketika kegiatan mendidik. Kami harus menitipkan barang yang luar biasa banyak. Transit. Sebelum dibawa ke pedalaman.
“Maafkan kami Pak, yang hanya singgah! ”.
Pukul 14.00 kami tiba di rumah pak Mijon. Kami disambut senyuman Pak Mijon dan istrinya. Dibuatkan teh. Dan juga dihidangkan makanan.
Tanpa menolak kami pun segera masuk. Dan minum. Serta makan. Kebetulan saat itu memang haus dan lapar. Karena perjalanan panjang.
Setelah makan dan minum, kami langsung berpamitan. Pergi menuju Desa Tanjung Matol, Kecamatan Sembakung Atulai, Kabupaten Nunukan. Ada yang sudah pergi ke sini? Atau menemukannya di peta Indonesia? Pasti belum kan?
Desa Tajung Matol merupakan tujuan pertama kami dalam kegiatan “KJN Mendidik dan Perbatasan Cerdas”. Perjalanan dari Mansalong ke Desa Tanjung Matol membutuhkan waktu satu jam.
Perjalanan Desa Tanjung Matol sangatlah buruk. Jalanannya rusak. Tak beraspal. Dan penuh debu.
Melihat itu semua membuatku menangis di dalam hati.
Tapi kulihat lagi teman-temanku. Mereka tetap berusaha ceria. Gembira dan bahagia. Menjalani ini semua dengan senang hati. Penuh tawa dan canda. Di atas mobil pickup. Suasana yang mengurangi sedikit beban di hatiku.
RIZKA MUSTAMIN. Ialah Sarjana Pendidikan yang lulus S1 dari Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia. Aktif di berbagai kegiatan di kampus Universitas Borneo Tarakan. Juga kegiatan luar kampus seperti Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) Cabang Kota Tarakan. Dia juga pegiat dan penggiat literasi salah satu komunitas literasi yang besar dan ternama yakni Komunitas Jendela Nusantara. Sering melakukan kegiatan mengedukasi dan menginspirasi masyarakat di daerah terluar, terdepan dan tertinggal (3T). Cerpen berjudul Perjalanan dari Malinau ke Desa Tanjung Matol ini merupakan salah satu karya kreatifnya selama mengikuti kegiatan literasi ke pedalaman dan pelosok.
Riska keren banget loh
ReplyDeleteKereeennn bangettt😭
ReplyDeleteMuantapppp masyalllah
ReplyDeleteKeren semangatt ...
ReplyDeleteSangat menginspirasi sekali, keren banget lah
ReplyDeleteIts good. Daerah banten juga masih trmasuk bnyk kak. Semangat literasi dr desa untuk Indonesia
ReplyDelete