TARAKAN (2/10, ambau.id) - Peneliti Pendidikan dan Kebudayaan dari Universitas Borneo Tarakan, Muhammad Thobroni, menyayangkan belum ada pasangan bakal calon presiden (bacapres) dan bakal calon wakil presiden (bacaeapres) yang fokus menawarkan kebijakan bidang penulis dan kepenulisan di Indonesia. Hal itu disampaikan Thobroni melalui releasenya kepada website Ambau.id kemarin petang.
Menurut Thobroni, penulis di Indonesia jumlahnya ribuan. Mereka bermitra dengan industri kreatif seperti penerbitan, film, toko buku, jasa kurir, toko online, dan jutaan konsumen buku. "Meski tidak mengeluh dan kurang menyuarakan masalah pribadi, tidak sedikit para penulis menghadapi keadaan tidak kondusif. Ada yang sakit parah, anaknya butuh biaya sekolah, terjebak hutang, dan sebagainya," ujarnya mengingatkan.
Sebagai subjek kebudayaan, penulis memiliki tugas dan tanggung jawab penting dalam pembangunan nasional dan mengawal arah peradaban bangsa hendak dibawa kemana. Tugas dan tanggung jawab yang tidak ringan tersebut, menurut Thobroni, dibutuhkan iklim dan ekosistem kepenulisan yang kondusif. "Saya rasa sebagian besar penulis itu kan idealis, mereka tidak mungkin berteriak meminta belas kasihan kepada pemerintah. Tapi negara punya tanggung jawab dan harus hadir mengatasi masalah penulis dan kepenulisan. Terlebih mereka juga warga negara yang bayar pajak yang tidak sedikit," tambah Thobroni.
Di banyak negara maju, berada dan bermartabat, penulis dan kepenulisan mendapatkan tempat terhormat dalam pembangunan nasional negara tersebut. Tulisan, buku dan media diletakkan sebagai karya kebudayaan yang tidak ternilai harganya. "Menjadi ironi dan tragedi, Indonesia yang digadang-gadang ingin jadi negara maju di dunia tapi perhatian negara terhadap penulis masih sangat kurang. Termasuk saat ini belum tampak fokus dan keseriusan bacapres dan bacawapres menjadi subjek penting pembangunan nasional," ujar Thobroni, yang juga Koordinator Pulau Kalimantan Perkumpulan Penulis SATUPENA.
Thobroni mengingatkan, penulis merupakan mitra strategis negara dalam mewujudkan tujuan kemerdekaan yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Penulis harus fokus melahirkan karya bermutu, diterbitkan secara sehat, penghasilan yang menyejahterakan, dan menelorkan gagasan brilian yang menjadi sumber inspirasi masyarakat pembaca. "Harus diingat, stunting intelektual dan stunting spiritual juga merupakan sesuatu yang mengkhawatirkan bagi masa depan bangsa dan negara. Harus seimbang gizi untuk tubuh, pikiran dan jiwa," kata Thobroni. (Goy/red/pend)
Comments
Post a Comment