Sebuah sketsa photo
Hitam putih menggambarkan
Wajah N.H Dini
Yang bersih.
Dia seperti sedang menikmati
Kesunyian lorong kota
Dan bersabar merangkai kata:
Aku diajar berpuasa
bukan karena agama,
bukan karena keinginan
naik surga. Kakek
mengajarku buat
menahan keinginan,
untuk mengetahui
Sampai di mana aku
Dapat mengatur kekuatan.
Sebuah palu gondam
Menghantam ulu hatiku.
Ini benar adanya!!
Sejak bayi tak pernah
Dapat dimengerti apa
Tujuan sebenar-benarnya
Puasa bagi diri saya, dan
Juga bagi seluruh manusia?
Kecuali lapar dahaga,
Kecuali tak mendapat nikmat sementara,
Kecuali menyalakan mercon hingga pagi tiba!!!
Apa tujuan puasa,
Selain itu semua?
Bapak ibu hanya menyuruh,
Kakek nenek hanya mewariskan,
Berpuasa sejak sahur dan
Berbuka kala tiba masa
Selebihnya tak ada!
Kecuali kita bakal dosa,
Lantas dijebloskan ke neraka,
Bila tak berpuasa!!
Di Cikini ini aku baru
Sadar diri, mulut dan perut
Memang tak ada batasnya,
Terus mengunyah dan
Menggiling apa saja yang
Dimasukkan ke dalamnya!
Tak pernah hendak berhenti,
Tak ingin mandeg sendiri,
Bahkan sampah serapah pun
Melenggang luncur ke ujungnya!
Oh, betapa diri ini,
Sudah waktunya dijebak kemacetan,
Agar mawas dan waspada,
Agar melaju pelan,
Awas spion kiri kanan,
Injak gas, kopling dan rem tangan!
Hidup tak hanya bicara
Cepat-cepatan tiba,
Siapa lebih dulu sampai,
Dan mengeruk sebanyak mungkin
Gudang penyimpanan pangan!!
Hidup adalah juga bicara
Keterbatasan dan jaga jarak aman,
Agar seluruh perlintasan aman
Meski tak terpasang palang
Saya sepakat dengan NH Dini,
Tak perlu buru-buru menemu
Puncak biru di antara
Langit dan gunung,
Sebab masih banyak tanjakan
Licin dan jurang tajam
Di sekeliling hidup manusia!!
Cikini, Desember 2023
Comments
Post a Comment