Ada HB Jassin di
Selasar pusat dokumentasi,
Wajahnya merunduk,
Khusus menatap naskah
Tepat di bawah dahinya yang
Berkerut.
Dia mulai bercerita tentang
Keindahan tema, kekuatan tokoh, kedahsyatan latar,
Dan estetika apa saja yang
Ditemuinya pada setiap fiksi prosa.
Dia memuji kehebatan dan kebesaran pengarangnya,
Sedangkan orang banyak tak memandangnya,
Atau serupa anak kecil belaka.
Jassin seperti ingin terus berpesan, berwasiat tentang apa saja, harapan dan obsesinya,
Tapi sebelum dia lanjut berbicara, aku sudah menukasnya, protes keras kepadanya:
Kenapa kau pergi begitu cepat!
Seharusnya kau abadi!
Siapa kini yang membela penulis muda dari cengkeram ketakutan intimidasi mereka yang mendaku lebih tua?
Siapa yang kini mampu dan setia menekuni baca puisi dan cerita, esai dan drama, juga eksperimen dan inovasi berani beraksara?
Siapa coba?
Tak ada. Sudah semestinya kau bangun kembali dari kuburmu!
Beri peringatan seperti dulu kepada semua!
Sampaikan pembelaan dan kesaksian penyelamatan!
Ini bukan hanya menyelamatkan proses kreatif!
Bukan hanya menyelamatkan Periuk dan asap dapur para sastrawan!
Ini jauh lebih penting yakni
Menyelamatkan masa depan sastra! Masa depan berkesenian! Masa depan literasi!
Seperti apa wajah sebuah bangsa tanpa budaya?
Seperti apa wajah sebuah negara tanpa peradaban estetika?
Jassin, bangun! Sapa dan bangkitkan kami kembali! Kami yang keburu mati sebelum segalanya dimulai!
Cikini, Desember 2023
Comments
Post a Comment