SHIN TAE-YONG


SHIN TAE-YONG 


Shin Tae-yong (dikenal sebagai Sty) lahir pada tahun 1970 di Yeongdeok, Korea Selatan. Sebagai pemain yang pernah membela tim nasional Korea Selatan, ia adalah gelandang serba bisa. Karier profesionalnya penuh warna, dimulai dari klub seperti Ilhwa Chunma hingga membawa tim Korea Selatan ke berbagai laga internasional. Sempat meraih prestasi besar sebagai pemain, Sty kemudian beralih menjadi pelatih, membawa bakat dan visi yang matang.


Bagi Shin Tae-yong, sepak bola bukan sekadar olahraga; ia adalah seni berpikir cepat, seperti mengendalikan aliran air yang deras. Ia berpegang pada filosofi yang mementingkan _pressing_ ketat dan pergerakan tanpa henti. Filosofi ini sejalan dengan kutipan dalam novel *The Goalkeeper’s Anxiety at the Penalty Kick* karya Peter Handke: "Pada titik krusial, yang diperlukan hanyalah keputusan—yang tepat atau salah." Bagi Shin, keputusan harus tepat. Ia selalu menekankan pada para pemain untuk menghadirkan tekanan tinggi dan kecepatan, seperti air yang tak bisa dibendung oleh apapun.


Perjalanan Shin sebagai pelatih semakin dikenal sejak menangani tim nasional Korea Selatan di Piala Dunia 2018. Setelahnya, Indonesia menjadi tempat di mana ia menerapkan filosofi taktik dan nilai disiplinnya. Di bawah bimbingannya, Timnas Indonesia tidak hanya berkembang dari sisi teknik, tetapi juga dari segi mentalitas. Shin menanamkan mentalitas kerja keras—budaya latihan intens yang membuat pemain Indonesia lebih disiplin.


Kehadiran Shin merombak kultur sepak bola di Indonesia. Latihan kini tak lagi sebatas teknik, tetapi juga mentalitas dan disiplin. Setiap pemain diharuskan menjaga fisik mereka, tidak hanya di lapangan, tetapi juga di luar lapangan. Gaya hidup ini, jika mengacu pada pandangan filsuf Michel Foucault tentang “pengawasan dan hukuman,” adalah bentuk pengawasan mandiri yang membentuk pemain agar berdisiplin tanpa kehadiran pelatih.


Di bawah arahan Shin, Timnas Indonesia mulai mencetak prestasi. Pada Piala AFF dan laga kualifikasi Piala Dunia, tim menunjukkan peningkatan signifikan. Sifat pantang menyerah dan strategi yang disiplin membuat Indonesia menjadi "kuda hitam" di Asia, seperti yang diprediksi Shin sejak awal. Dalam sebuah wawancara, ia pernah berkata, “Di Asia, setiap negara bisa menjadi kekuatan baru. Yang diperlukan hanya kepercayaan.” 


Di pentas sepak bola Asia, Indonesia mulai dikenal sebagai “kuda hitam.” Dengan taktik baru, keberanian menyerang, dan kekompakan, Indonesia bisa bersaing dengan negara-negara besar seperti Jepang dan Korea. Perkembangan ini sejalan dengan visi Sty untuk membuat tim Indonesia menjadi tim yang disegani, bahkan mungkin nanti di dunia. Adalah sebuah fenomena ketika Indonesia, yang selama ini hanya menjadi penonton, mulai diakui di benua Asia.


Kehadiran Shin bukan hanya soal permainan di lapangan, tetapi juga tentang bagaimana sepak bola bisa mencerminkan budaya dan nilai. Ada pengaruh filosofi Zen di mana ketenangan dan fokus menjadi kunci. Shin mengajarkan pemain untuk berada dalam "saat ini"—sepenuhnya. Ini mengingatkan pada konsep "kebahagiaan bukanlah tujuan, melainkan proses" dalam puisi karya Rumi, di mana ia menekankan bahwa makna sebenarnya ada dalam perjalanan, bukan hasil.


Bagi Shin Tae-yong, sepak bola adalah lebih dari permainan. Ia adalah bagian dari hidup, seperti deretan puisi yang bergerak dari satu bait ke bait berikutnya tanpa henti. Di tangannya, Timnas Indonesia bukan hanya sekadar tim, tetapi sebuah perjalanan menuju kedewasaan—sebuah proses di mana para pemain harus menghadapi rintangan dan belajar dari kegagalan. Ketika kita melihat para pemain di bawah asuhan Shin, kita tidak hanya melihat sekelompok atlet, tetapi sebuah gambaran akan Indonesia yang baru: sebuah Indonesia yang tak lagi hanya bermimpi, tetapi mulai mewujudkan mimpi itu.

Comments