PUISI-PUISI LENI MARLINA PADANG: "BANGKIT DARI RERUNTUHAN"
/1/
Menjahit Luka Dengan Benang Matahari
Oleh Leni Marlina
Kau terbaring di ranjang puing,
dengan debu yang merangkul tubuhmu.
Mimpi? Mereka hancur,
seperti kaca yang jatuh ke tanah,
tak ada suara—hanya pecahan yang menggigil.
Namun, dari tengah luka yang menganga,
kau mengikatkan benang matahari
di antara serpihan hidup yang retak.
Benang itu berputar, membakar cahaya
ke dalam malam yang minta ditelan.
Bukan cermin yang kau cari di hadapanmu,
hanya prisma, cahaya yang memecah dirinya sendiri.
Gagalmu tak pernah punya nama,
tetapi dari kegagalan itu,
kau menyalakan api baru,
berputar di atas abu tanpa rasa takut.
Langit mendekapmu,
kau tak pernah lelah melawan,
menantang setiap riak waktu dengan tawa yang tersembunyi
di balik mata yang menyala.
Kau berjalan, tubuhmu jalan,
tidak mencari cahaya,
tapi menciptakan cahaya.
Padang, Sumbar, 2023
/2/
Bangkit dari Reruntuhan
Oleh Leni Marlina
Di balik reruntuhan yang tak bisa dipahami,
kau bangkit dari tanah yang tak bernyawa,
berdiri di tengah debu yang mengaburkan dunia.
Kegelapan hanya satu titik di peta yang luas,
sebuah jejak yang tak akan mengikatmu,
hanya kanvas yang siap kau lukis dengan darah.
Tanganmu meraih angin,
menggerakkan langit yang bisu,
berkata pada bintang:
"Aku belum selesai!"
Lukamu adalah aliran sungai yang menembus batu,
tak ada yang tahu dari mana asalnya,
tapi ia ada,
dan ia mengalir tanpa permisi.
Kau melompat di tengah debu,
melompat, melompat,
terbang melawan gravitasimu sendiri,
menggali kekuatan dari tanah yang tercabik.
Gagalmu adalah darah yang mengalir
di dalam pori-pori bumi,
membangkitkan api yang tersembunyi.
Malam ini, bumi tahu namamu,
namamu yang tak takut jadi debu
dan kembali menjadi bintang.
Padang, Sumbar, 2022
/3/
Api yang Belajar Menyala Lagi
Oleh Leni Marlina
Kau bagaikan api yang tak bisa mati,
terbakar di tengah hujan,
melebur bersama tanah yang tak pernah kenal kasih.
Angin datang, mencoba memadamkan,
tapi kau hanya semakin menyala.
Dari sisa-sisa api itu,
kau merangkai sebuah cahaya yang lebih besar,
lebih liar, lebih tak terjamah.
Tanganmu memegang api,
bukan untuk melukai,
tapi untuk menyembuhkan dunia yang terkelupas.
Setiap sisa yang hilang
menjadi batu api yang lebih tajam.
Kau tak kenal padam,
karena yang padam bukanlah api,
tapi kebodohan yang mencoba mengekangmu.
Bara di dalam tubuhmu tumbuh,
menjadi hutan,
menjadi alam yang tidak butuh aturan.
Kau tak terpengaruh,
karena api itu adalah milikmu,
tak ada hujan yang bisa memadamkannya.
Padang, Sumbar, 2022
................................
Puisi ini awalnya ditulis oleh Leni Marlina hanya sebagai hobi dan koleksi puisi pribadi tahun 2022. Puisi tersebut direvisi kembali serta dipublikasikan pertama kalinya melalui media digital tahun 2024.
Leni Marlina merupakan anggota aktif Asosiasi Penulis Indonesia, SATU PENA cabang Sumatera Barat. Ia juga merupakan anggota aktif Komunitas Penyair & Penulis Sastra Internasional ACC di Shanghai, serta dipercaya sebagai Duta Puisi Indonesia untuk ACC Shanghai Huifeng International Literary Association. Selain itu, Leni terlibat dalam Victoria's Writer Association di Australia. Sejak tahun 2006, ia telah mengabdikan diri sebagai dosen di Program Studi Bahasa dan Sastra Inggris, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Padang.
Leni juga merupakan pendiri dan pemimpin sejumlahkomunitas digital yang berfokus pada sastra, pendidikan, dan sosial, di antaranya:, (1) Komunitas Sastra Anak Dunia (WCLC): https://rb.gy/5c1b02, (2) Komunitas Internasional POETRY-PEN; (3) Komunitas PPIPM (Pondok Puisi Inspirasi Masyarakat): https://tinyurl.com/zxpadkr; (4) Komunitas Starcom Indonesia (Starmoonsun Edupreneur Community Indonesia): https://rb.gy/5c1b02.
Terima kasih telah berbagi. Salam.
ReplyDeleteName: Khoirunnisya Simbolon
ReplyDeleteNIM: 22018130
Class: K5 - 24 JD EPR ST4-6 NK?23 LM
Quiz 28
1. How do you interpret the meaning of the poem?
2. Which line or stanza resonates most with you?
3. Can you think of a business idea inspired by the message of the poem?
1. Interpretation of the Poem:
The poem Menjahit Luka Dengan Benang Matahari conveys a powerful message about resilience in the face of destruction and pain. The speaker portrays a person who, despite being shattered and broken, finds a way to heal and move forward. The “benang matahari” (thread of sunlight) represents hope, strength, and the ability to create light from darkness. Even in the midst of failure and ruin, the individual continues to press on, transforming their wounds into new beginnings. The poem emphasizes that true strength lies not in avoiding failure but in rising from it, creating something new from the pieces that remain.
2. Favorite Line/Stanza:
The stanza that resonates most is:
“Kau mengikatkan benang matahari di antara serpihan hidup yang retak.
Benang itu berputar, membakar cahaya ke dalam malam yang minta ditelan.”
This imagery is powerful because it depicts someone finding a way to stitch hope and light into their brokenness. The metaphor of using “benang matahari” to bring light into the darkness of struggle speaks to the transformative power of resilience, a theme that I find deeply moving.
3. Business Idea:
Inspired by the poem, one potential business idea could be a personal empowerment program or workshop series focused on transforming failure and hardship into opportunities for growth. This business could provide coaching and support for individuals recovering from personal or professional setbacks. The program would help people understand how to find strength within their struggles, encouraging them to create their own light during dark times. It could include motivational speaking, therapy, group activities, and workshops that focus on reframing failure, building resilience, and creating new beginnings.
1. Meaning: The poem is about resilience and transformation through hardship. It depicts how, even after dreams are shattered and life is broken, one can find the strength to rebuild and ignite a new light from the ashes of failure.
ReplyDelete2. Favorite Line: "Benang itu berputar, membakar cahaya ke dalam malam yang minta ditelan."
3. Business Idea: A creative workshop or coaching service focused on helping people turn their failures into new opportunities, offering tools for personal reinvention and growth through art, writing, or mentorship.
Radiah (22018152) 24 JD EPR ST4-6 NK? 23 LM
This poem, Menjahit Luka Dengan Benang Matahari by Leni Marlina, explores the themes of resilience, transformation, and the power of inner strength in the face of adversity. The speaker portrays someone who, despite being broken and surrounded by despair, is capable of healing and rebuilding themselves. The metaphor of "benang matahari" (sun thread) suggests the idea of using light, hope, and inner strength to mend the cracks in life and rise from failure.
ReplyDeleteA line that stands out is:
"Kau mengikatkan benang matahari
di antara serpihan hidup yang retak."
This symbolizes the act of finding hope and purpose even in the midst of hardship, using light and energy to restore what was once broken.
As for a potential business idea inspired by this poem, it could be a self-help or mental health platform that focuses on healing and personal empowerment, using creative methods like art therapy, journaling, or mindfulness practices to help individuals "mend their wounds" and turn challenges into opportunities for growth.
Jeni Fitria 22018125