Kumpulan Puisi Leni Marlina (Padang) "Ketika Cahaya Menghampiri"
/1/
Ketika Cahaya Menghampiri
Puisi oleh Leni Marlina
Kau adalah bayangan yang hidup dalam gelap,
tulang-tulangmu menggigil
oleh dingin dosa yang tak pernah kau lepaskan.
Malammu panjang,
dan cahaya selalu terasa seperti ilusi
yang hanya menari di kejauhan.
Namun, suatu ketika,
cahaya itu menghampirimu,
merembes melalui retakan hatimu
yang telah lama kau tutupi.
Kau membiarkannya masuk,
meski panasnya menyakitkan,
karena hanya itu jalanmu pulang.
Masjid Takwa Muhammadyah,
Padang, Sumbar, 2009
/2/
Dosa dan Ampunan
Puisi oleh Leni Marlina
Kau menyimpan dosa dalam genggamanmu,
erat seperti anak kecil
yang tak ingin kehilangan mainannya.
Tanganmu bergetar,
tapi kau tak pernah berani melepasnya.
Namun, ada tangan lain
yang meraihmu dari kegelapan,
mengusap bekas luka yang kau sembunyikan,
dan menyentuh hatimu dengan lembut.
Kau akhirnya membuka genggaman itu,
melepaskan beban yang selama ini
menenggelamkanmu.
Masjid Takwa Muhammadyah,
Padang, Sumbar, 2009
/3/
Selaksa Air Mata
Puisi oleh Leni Marlina
Kau bagai tetes air mata yang tak henti jatuh,
mengalir dalam diam seperti sungai di malam pekat.
Di lehermu tergantung kalung dosa,
manik-maniknya berkilau dalam gelap,
seolah menantang cahaya.
Namun, kau menyirami tanah dengan tangismu,
setiap tetes menciptakan celah
bagi akar penyesalan untuk tumbuh.
Kau tahu, di dalam air mata itu,
ada kunci yang hanya bisa membuka
pintu-pintu surga yang kau dambakan.
Masjid Takwa Muhammadyah,
Padang, Sumbar, 2009
/4/
Di Bawah Sayap Langit yang Terbuka
Puisi oleh Leni Marlina
Kau berdiri di bawah langit yang melipat sayapnya,
seolah ingin melindungimu dari berat dosa
yang kau pikul seperti beban batu.
Udara membisikkan namamu,
dan angin menciumi wajahmu
dengan kehangatan yang telah lama hilang.
Aku melihat kau mendongak,
menatap retakan langit yang mencerminkans hatimu.
Di sela-sela itu,
cahaya mengintip,
seakan memberi isyarat bahwa rumahmu
masih menunggu di sana.
Masjid Takwa Muhammadyah,
Padang, Sumbar, 2009
/5/
Jejak di Udara yang Lenyap
Puisi oleh Leni Marlina
Kau meninggalkan jejak di udara,
tapi angin selalu menghapusnya,
seolah ingin menyembunyikan dosa
yang kau bawa dalam setiap langkah.
Asap dosa mengepul dari dadamu,
menjalar ke arah cakrawala
yang bahkan kau tak berani tatap.
Namun, di balik bau bara yang terbakar,
ada aroma embun pagi,
jejak harapan yang tak pernah benar-benar hilang.
Kau berjalan terus,
meski udara terasa berat
dan dunia seperti melupakan namamu.
Masjid Takwa Muhammadyah,
Padang, Sumbar, 2009
/6/
Pohon yang Tak Kenal Musim
Puisi oleh Leni Marlina
Kau berdiri di bawah pohon tanpa musim,
di mana daun-daunnya tak pernah gugur,
dan akar-akar menyelusup ke dalam dosa-dosamu.
Setiap helai daun membawa cerita,
bisikannya berputar seperti angin
yang mengelilingi tubuhmu.
Namun, kau tetap memeluk batangnya,
mencari rasa aman di tengah kebingungan.
Kau tahu, pohon ini tak pernah mati,
dan di antara ranting-rantingnya yang gelap,
ada seberkas cahayaa
yang terus memanggil namamu.
Masjid Takwa Muhammadyah,
Padang, Sumbar, 2009
/7/
Badai yang Membawa Rahmat
Puisi oleh Leni Marlina
Kau adalah kapal kecil
yang terombang-ambing di tengah badai.
Angin menyobek layar dosamu,
gelombang menghantam tubuhmu
tanpa belas kasih.
Namun, badai itu membawa hujan,
menyucikan dek yang pernah kotor,
membasuh tubuhmu hingga kau
tak lagi mengenali bayangan dirimu sendiri.
Di tengah badai, kau menemukan rahmat
yang tak pernah kau duga.
Masjid Takwa Muhammadyah,
Padang, Sumbar, 2009
/8/
Di Dalam Cermin yang Jujur
Puisi oleh Leni Marlina
Kau menatap cermin yang tak pernah memaafkan,
pantulannya penuh dengan dosa
yang kau coba lupakan.
Namun, cermin itu tak pernah bohong,
ia memantulkan semua retak
di dalam tubuhmu.
Tapi kali ini,
kau tak lari dari bayangan itu.
Kau menyentuh cermin dengan tangan gemetar,
mencari serpihan yang bisa kau perbaiki.
Dan dari sana, kau melihat wajah baru
yang perlahan muncul dari kegelapan.
Masjid Takwa Muhammadyah,
Padang, Sumbar, 2009
/9/
Suara yang Menjerit di Hening
Puisi oleh Leni Marlina
Kau adalah suara yang bergema di hening,
memecah kesunyian dengan jerit
yang hanya kau dengar sendiri.
Kau berbicara pada dinding,
pada bayangan,
dan pada cahaya redup
yang tak pernah menjawab.
Namun, suara itu tak hilang,
ia menjelma menjadi doa,
mendaki ke langit
dan kembali sebagai hujan,
membasuh tubuhmu dengan kelembutan
yang tak pernah kau harapkan.
Masjid Takwa Muhammadyah,
Padang, Sumbar, 2009
/10/
Langit yang Memaafkan
Puisi oleh Leni Marlina
Kau mendongak ke langit,
birunya terasa seperti jubah
yang melingkupi seluruh dosamu.
Hujan turun,
dan setiap tetesnya
seperti membisikkan pengampunan.
Kau berdiri dalam diam,
membiarkan hujan itu
menyentuh kulitmu,
membawa dosa-dosamu pergi
seperti daun-daun yang hanyut di sungai.
Langit itu adalah milikmu,
dan ia selalu memaafkan.
Masjid Takwa Muhammadyah,
Padang, Sumbar, 2009
-----------------------
Biografi Singkat
Kumpulan puisi di atas awalnya ditulis oleh Leni Marlina hanya sebagai hobi dan koleksi puisi pribadi tahun 2009. Puisi tersebut direvisi kembali serta dipublikasikan pertama kalinya melalui media digital tahun 2024.
Leni Marlina merupakan anggota aktif Asosiasi Penulis Indonesia, SATU PENA cabang Sumatera Barat. Ia juga merupakan anggota aktif Komunitas Penyair & Penulis Sastra Internasional ACC di Shanghai, serta dipercaya sebagai Duta Puisi Indonesia untuk ACC Shanghai Huifeng International Literary Association. Selain itu, Leni terlibat dalam Victoria's Writer Association di Australia. Sejak tahun 2006, ia telah mengabdikan diri sebagai dosen di Program Studi Bahasa dan Sastra Inggris, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Padang.
Leni juga mendirikan dan memimpin sejumlah komunitas digital yang berfokus pada sastra, pendidikan, dan sosial, di antaranya:, (1) Komunitas Sastra Anak Dunia (WCLC): https://rb.gy/5c1b02, (2) Komunitas Internasional POETRY-PEN; (3) Komunitas PPIPM (Pondok Puisi Inspirasi Masyarakat): https://shorturl.at/2eTSB & https://shorturl.at/tHjRI;
(4) Komunitas Starcom Indonesia (Starmoonsun Edupreneur Community Indonesia): https://rb.gy/5c1b02.
Comments
Post a Comment