Masih seputar cerita perjalanan saya di negeri Pakde Sam..
Kemarin agenda kami adalah bertemu dengan para pengajar Cyber Security di Northen Kentucy University (NKU) di Cincinnati, Ohio. Nah dalam perjalanan menuju NKU, saya berbincang santai dengan warga negara Amerika soal Pilpres Amerika dan tuan Donald Trump.
Jadi, meski Donald Trump kalah secara popularitas, tapi Mr. Trump nyatanya menang secara elektabilitas hingga jadi presiden Amerika. Jangankan warga dunia, warga Amerika sendiri terkejut tidak percaya saat itu ketika Trump dinyatakan sebagai pemenang pilpres di Amerika!
Dulu, obama dianggap sosok paling ideal menjadi presiden. Obama dianggap sebagai role model yang pantas diceritakan untuk menggambarkan sebuah kesuksesan. Dulu, anak-anak amerika diajarkan bagaimana bisa menjadi orang sukses seperti presiden mereka yang dikenal santun, merakyat, cerdas, visioner, tutur katanya sangat berbobot, prilakunya bersahaja, dan sangat humble.
Kini setelah Trump menjadi figur nomor satu di Amerika, orang tua Amerika bingung bagaimana lagi mengajarkan anak-anak mereka cara hidup Amerika yang benar. Orang tua Amerika tidak bisa lagi mengatakan bahwa agar anak sukses mereka harus santun, cerdas, visioner dan seterusnya seperti presiden mereka.
Toh, Mister Trump yang menurut orang Amerika tersebut berbahasanya sering belepotan, kebijakannya sering tidak konsisten alias mencla mencle, dianggap rasis, menyukai perempuan, angkuh, dan seabrek predikat negatif lainnya tetap bisa menjadi presiden pilihan rakyat Amerika.
Faktanya untuk menjadi presiden Amerika yang dibutuhkan hanya elektabilitas dan bukan popularitas apalagi seabrek citra teladan positif lainnya!
Orang tua Amerika saat ini dianggap sulit mencari teladan yang pas untuk menggambarkan bagaiman anak-anak mereka mengikuti cara hidup pemimpin negara sebagai salah satu simbol kesuksesan.
Trump mungkin tidak menggambarkan cara hidup Amerika, tapi tetap saja menggambarkan cara berpikir Amerika memilih pemimpin!
+++
Sepulang dari Northen Kentucky University, saya diundang makan malam oleh salah seorang warga Cincinnati pemilik Mike Farm Enterprise Inc. Tuan Mike punya kebiasaan mengundang tamu dari berbagai negara untuk menikmati makan malam ala Amerika sambil berbagi cerita. Tuan Mike bercerita bagaimana dia mengelola pertanian jagung dan kacang yang jumlahnya ribuan hektar hanya dengan 5 pegawai lulusan SMU dengan bantuan teknologi pertanian Amerika.
Mr. Mike terkenal sangat kaya, asetnya mungkin jika ditaksir diatas 100 miliar rupiah. Tapi rumahnya sungguh sangat sederhana dengan perabotan-perabotan tua. Berdua bersama istrinya dia merawat rumah yang luas bangunannya sekitar 60-70 meter tanpa asisten rumah tangga. Wow, kurang dari 70 meter? Kecil memang! tapi pada umumnya cara hidup petani di daerah Cincinnati tidak jauh berbeda dengan tuan Mike. Top lah!
Saya tidak bayangkan bagaimana jika orang Indonesia bisa sesukses tuan Mike? Apakah kebanyakan akan tetap hidup sederhana bersahaja atau…..? Ah entahlah! saya jadi introspeksi diri sendiri. :)
+++
Tuan Mike juga menanyakan latar belakang sekolah saya. Saya cerita bahwa sejak kecil saya belajar di madrasah. Tuan Mike penasaran bertanya apa saja sih yang diajarkan sekolah-sekolah Islam di Indonesia, karena saya paham bagi sebagian orang barat ada anggapan sekolah Islam mengajarkan kekerasan sebagai bagian dari ajaran islam.
Saya katakan sekolah-sekolah Islam di Indonesia termasuk pesantren di Indonesia selain mengajarkan ilmu agama, juga mengajarkan prinsip Islam sebagai agama yang penuh kedamaian dan persaudaraan. Sekolah Islam tidak pernah sekalipun mengajarkan kekerasan. Tidak benar jika ada yang mengaitkan antara ajaran Islam dengan radikalisme dan terorisme.
Pak Mike manggut-manggut mudeng dan menyatakan setuju dengan pendapat saya. Masalah utama orang barat memandang Islam adalah soal persepsi dan ketidaktahuan!
+++
Orang barat pada dasarnya tidak terlalu perduli dengan agama. Tidak sedikit diantara mereka yang tidak beragama. Tapi terkadang ada saja orang barat yang penasaran dengan Islam, dan begitu mereka mempelajari dan memahami esensi ajaran Islam, beberapa diantaranya memilih menjadi muslim.
Kebetulan saat sholat Jumat kemarin di Islamic Center Cincinnati, saya berkesempatan menyaksikan seorang bule yang kedua tangan dan lehernya penuh tato membacakan kalimat syahadat dan menjadi muallaf (foto terlampir). Suasananya sangat syahdu, seluruh jamaah sholat Jumat terharu dan memeluk erat tuan bule yang matanya berkaca-kaca setelah membaca syahadat. Islam di Amerika yang minoritas terlihat sangat hangat dan erat kepada sesama saudara muslim. Subhanallah!
+++
Saat sholat sunnah Jumat saya perhatikan, gerakan sholat beberapa jamaah dalam masjid tersebut beberapa diantaranya berbeda, ada yang tidak mengangkat tangan ketika takbir awal, ada kaki dan tangannya bergerak terus ketika imam membaca Al fatihah, tapi banyak juga yang khusyuk layaknya cara sholat muslim di Indonesia. Meski begitu, tidak ada tatapan sinis jamaah lain. Semua fokus dengan cara ibadahnya masing-masing.
Muslim atau kelompok yang mengaku Islam dari golongan manapun diperkenankan sholat dengan damai di masjid tersebut. Termasuk tidak ada yang melarang aliran syiah atau ahmadiyah untuk beribadah di dalamnya. :)
Saya juga saksikan ada beberapa jamaah sholat jumat yang sholat dengan memakai celana pendek pas lutut (foto terlampir). Bahkan 2 orang jamaah jumat didepan saya memakai celana pendek seragam basket yang lututnya bisa kemana-mana. Tidak ada yang mempersoalkan atau menganggap jamaah tersebut menistakan ajaran Islam.
Ukhuwah Islamiyah begitu adem berseri di negara yang dianggap membenci muslim!
+++
--Saatnya sarapan ikan jambal asin bekel ibu mertua di rendam mie instan gelas--InsyaAllah Sehat!
TEGUH ARIFIYADI, pegawai negeri sipil
Comments
Post a Comment