Mereka yang melakukan teror atas nama agama, sebenarnya sedang meneror juga saudara seimannya.
Pagi tadi setelah sesi pertama, kami diberi waktu bebas selama 30 menit untuk sekedar refreshing. Kebetulan tempat acara berdekatan dengan gereja Kaiser Wilhelm yang letaknya kurang dari 1 km. Saya dan beberapa teman mengunjungi gereja tua yang juga merupakan saksi sejarah korban pengeboman perang dunia II. Tapi yang paling menarik dari gereja tersebut juga adalah menjadi sasaran aksi teror akhir 2016 lalu.
Di depan gereja berjejer lilin, salib, daftar nama korban, ajakan damai dan mengakhiri perang, juga pernak pernik lain menunjukan kedukaan dan kecaman terhadap aksi teror yg terjadi di pasar malam natal. Kebetulan pelaku teror adalah seorang pemuda muslim asal Tunisia yg sedang mencari suaka, dan suakanya ditolak krn tidak memenuhi administrasi (dia bahkan tidak punya passpor dan Tunisia tdk memberikan passpor). Sayangnya juga aksi teror dengan membajak mobil dan menabrakan mobilnya secara membabi buta di keramaian mendapat klaim ISIL sebagai bagian dari aksi terornya. Melihat kejadian ini jadi semakin beralasan kenapa Islamophobia menyebar dan mengakar.
Setelah refreshing singkat, kami ada lunch meeting atau 'mangan karo ndopok' kata orang Brebes mah. Kebetulan kami akan dipertemukan dengan para aktifis, akademisi, dan politisi muda di Berlin. Tempat duduk kami diatur sedemikian rupa sehingga kami bisa berbagi cerita dengan mereka.
Untungnya saya duduk bersama 2 orang anak muda Jerman ; aktifis refugee (pengungsi) dan politisi muda. Gayung bersambut sayapun bisa ngobrol panjang lebar berdskusi terkait aksi teror yg terjadi di gereja dan pengaruhnya bagi keberadaan pengungsi yang sebagian besar adalah dari negara-negara Islam.
Perempuan cantik di depan saya yg memulai karir politiknya di partai penguasa CDU sejak usia 14 tahun dan saat ini usianya sudah 28 tahun mengatakan bahwa tidak ada pengaruh yang berarti pasca aksi teror dalam dunia politik selain pemerintah lebih konsen terhadap kondisi keamanan dan meningkatkan anggaran keamanan yang selama ini tergolong sangat kecil di Jerman, salah satunya dengan merekrut anggota kepolisian. Dan pengaruh lainnya adalah isu terorisme dan security menjadi salah satu isu yang diangkat dalam kampanye masing-masing partai saat ini, termasuk partai CDU.
Lalu teman lain saya melanjutkan apakah ada regulasi baru terkait pendatang termasuk para pengungsi, karena kita tahu sebagian besar pengungsi di Jerman adalah negara-negara Islam seperti Syiria, Pakistan, dan dari negara-negara Afika lainnya. Hendrik laki-laki blesteran Jerman- Portugal mengatakan kalau tidak ada regulasi baru yang berarti terkait hal tersebut. Karena sebetulnya Jerman sudah mempunyai peraturan terkait dengan hal itu, tetapi dengan kejadian aksi teror pemerintah hanya memperketat pelaksanaan peraturan tersebut saja.
Pasti masih pada ingatkan saat krisis di Syiria baru-baru ini. Jermanlah salah satu negara Eropa yang cukup terbuka menerima mereka. Ribuan datang dengan mudahnya, tanpa penolakan dari masyarakat apalagi negara. Sekarang ini tantangan yang dihadapi terkait pengungsi bukanlah hal yg sederhana dari masalah administrasi sampai masalah sosial lainnya. Seperti masalah administrasi kewarganegaraan asal, kecakapan bahasa, dan rendahnya skill mereka unt diserap menjadi tenaga kerja. Walaupun sebenarnya negara telah memberikan training bahasa dan skill, tetapi hasilnya kurang dari 10 % saja yang memenuhi kualifikasi. Masalah sosial lainnya adalah perbedaan budaya yang kadang menjadi konflik kecil kehidupan sosial sehari-hari. Ditambah lagi akhir2 ini banyak para volunteers pendamping pengungsi melaporkan kalau mereka lelah, hopeless mendampingi para pengungsi.
Lalu bagaimana hubungan masyarakat dengan para pengungsi dan muslim secara umum, lanjut teman saya lainnya. Menurut mereka berdua sih hubungannya baik-baik saja. Masyarakat Berlin dan Jerman pada umumnya melawan 'tidak takut' untuk aksi teror. Tetapi tentu secara paikologis ada kekhawatiran dalam diri mereka ketika dalam keramaian ; dalam stadion sepak bola, konser musik, dan lainnya.
Syukurlah, semoga demikian adanya. Sebenernya pengen mendapatkan pandangan dari masyarakat muslim Jerman dan pengungsi di sini, bagaimana perasaan dan pengalaman mereka setelah aksi teror kemarin. Tapi sudahlah, saya mandi dulu. 😅
MAGHFIROH ABDULLOH MALIK, peneliti
Comments
Post a Comment