/1/
Kemanakah kini pergi rupa-rupa harum rempah, yang telah meneluh dunia: di mana-mana tercium sepah, yang hambar di lidah penghidupan kita. Kebun-kebun bunga lawang, talang, dan secang kini langka, yang terpandang tungkul-tungkul sisa kejayaan: para pekebun betapa lama didera hilang asa, yang saban waktu memeluk kusam penderitaan. Sebab kuat aroma beratus rempah malah mencacah batin, meninggalkan rajah ketakberdayaan: betapa aneka tipu-muslihat begitu licin, membusukkan bunga rempah jadi bacin sebelum bermekaran.
/2/
Lihatlah, angin dari kebun-kebun mengirimkan racun sepi, rimbun semak ikut menggenapi dengan kerat-kerat sunyi. Tak ada lagi kapal-kapal penjelajah berlayar lalu lalang dan sandar di dermaga, bandar-bandar terlihat ringkih menua dengan bercak kelam masa lalu begitu sempurna. Tak ada orang-orang asing hiruk-pikuk bersiasat ala tukang judi penuh muslihat, lalu para pribumi membungkuk-bungkuk menyerahkan rempah nikmat dengan pundi bikin melarat.
Oh... zaman telah berkelebat, suasana hati seperti khianat, yang dekat dihempaskan tanpa derajat, yang jauh disanjung sebagai tuan yang hebat. Oh...mata batin siapa telah hilang dari kedalaman nurani, yang kekayaan sendiri dibikin mati, yang imitasi didatangkan sebagai datu ekonomi. Oh...dunia berpusing kelebat tak henti, nasib pekebun rempah memfosil di dinding penderitaan kendati almanak berkali-kali diganti.
(ilustrasi bumburempahrempah/ yuk ke bagian bawah blog dan klik iklannya untuk informasi berharga dan mencerahkan)
Comments
Post a Comment