Meraba malam diheningnya Kedung Halang
Merobek sekat tinggalkan tumpukan duka
Abaikan dering acuhkan semua rasa mati rasa
Mati jiwa mati-matian mengejar hampa
Rasa itu tak semanis semerbak parfum Arab di Empang
Lalu akankah kita terdiam di sudut Rangga Mekar
Coba lupakan semua dendam yang jejaknya tercecer hingga Pancasan
Jejak itu tak hilang membekas dari Dramaga hingga Gunung Sindur
Melambai genit melebihi genitnya jablay Tajur
Sakitnya membekas walau telah kusiram mantra-mantra bunga layu di Cimahpar
Begitu murahnya sebuah janji
Lebih murah dari sepasang sandal di pasar loak Taman Topi.
Kutinggalkan Baranangsiang dan tugu kujang
Kutitipkan padamu sepasang mata bundar
Tangisnya pecah hingga gelap awan di Gunung Putri
Jangan kau jawab ada di Jonggol
Ketika dia bertanya bapak mana
Biarkan ia mencari menjelajah menyeberangi merak Bakauheni
Kidung sunyi bukit barisan terasa nyaman
Ketika ia sampai di negeri Singaran Pati.
Bengkulu, 211017
(iluatrasi flickr/ yuk ke bagian bawah blog dan klik iklannya untuk informasi berharga dan mencerahkan)
Comments
Post a Comment