INILAH NASKAH PETISI DAN DAFTAR PENULIS INDONESIA YANG MENYATAKAN SIKAP TERHADAP KONDISI NEGARA

 

Menurut Charis Zubair, penulis yang juga ilmuwan dari Yogyakarta via akun media sosialnya, pada masa lalu, para penulis, pujangga keraton adalah profesi setingkat empu, bahkan "begawan". 




"Pujangga termasuk kasta Brahmana, yang pada umumnya tulus dan tidak memiliki ambisi dan kepentingan kekuasaan," ujar Charis Zubair.  Oleh karena itu, apa yang menjadi pandangannya akan didengar dan diperhitungkan bahkan akan menjadi dasar bagi pengambilan keputusan penguasa atau raja.



Melihat kondisi Indonesia, ratusan penulis yang bergabung dalam perkumpulan SATUPENA merilis pandangan nuraninya, menyikapi situasi kehidupan berbangsa bernegara Indonesia. Menunjukkan bahwa kondisi tidak sedang baik baik saja. Sebagian dari 213 nama, tercatat memiliki integritas, reputasi yang baik, serta dikenal luas secara nasional bahkan internasional. "Semoga saja, pernyataan ini, tidak hanya lewat seperti angin lalu," tutup Charis Zubair.

Sementara itu, menurut salah satu penggagas petisi, Swary Utami Dewi, menyampaikan bahwa penulis dan aktivis yang turut gebrakan ini telah mencapai 500 orang. 

"Petisi ini merupakan pernyataan keprihatinan para anggota penulis Satupena beserta sahabat-sahabat lain dari berbagai latar belakang (guru besar dan akademisi, aktivis sosial, aktivis lingkungan, tokoh agama, sastrawan, budayawan, kaum muda dan lain-lain) untuk menyikapi kondisi bangsa," ujar Tami, panggilan akrabnya. 

Genap 500 nama yang telah mendukung petisi ini, yang diinisiasi oleh para anggota Satupena. Batas waktu, yang semula 27 Agustus pagi, diperpanjang hingga 31 Agustus 2024 disebabkan tingginya antusiasme kawan-kawan yang ingin menyatakan dukungan.

"Terima kasih kepada semua yang sudah berkenan berpartisipasi. Ini adalah bukti kepedulian, cinta dan bakti kita semua untuk bangsa dan negara agar Indonesia menjadi semakin baik, demokratis, adil, berkeadilan dan sejahtera. Sekali lagi terima kasih dan dengan ini petisi kita tutup bersama. Salam hormat," pesan Tami yang disampaikan secara online berantai. (Zum/ambau).

Comments