RISSA CHURRIA: HARMONI PROSES KREATIF DAN MENULIS KREATIF MEMADUKAN ANALISIS DAN IMAJINASI


Harmoni Proses Kreatif dan Menulis Kreatif: Memadukan Analisis dan Imajinasi

Oleh : Rissa Churria 


Dalam dunia penulisan, proses kreatif dan menulis kreatif adalah dua elemen yang saling melengkapi, membentuk karya yang kaya makna. Konsep yang diusung oleh Bang Riri Satria dalam bincang novel Kalihara karya Jusiman Dessirua, mengenai perbedaan antara berpikir analitis kritis dan berpikir kreatif membuka wawasan baru dalam memahami dinamika penulisan. Saya akan menggali pemikiran Bang Riri lebih dalam tentang kedua proses tersebut, serta bagaimana mereka berinteraksi dalam menciptakan karya sastra yang berkesan.


Berpikir Analitis Kritis: Jalan Menuju Pemecahan Masalah


Berpikir analitis kritis, atau critical and analytic thinking, adalah proses yang berfokus pada pencarian solusi terhadap permasalahan dengan pendekatan terstruktur. Tujuannya adalah menemukan jawaban yang jelas dan terukur, berdasarkan data dan fakta yang valid. Pendekatan ini mengikuti pola konvergen, di mana pemikiran diarahkan untuk menemukan satu solusi paling tepat.


Contohnya, dalam penulisan karya ilmiah tentang dampak perubahan iklim, penulis akan mengumpulkan data dari berbagai sumber, seperti laporan ilmiah dan statistik suhu global. Dengan mengorganisir data tersebut, penulis dapat menarik kesimpulan yang logis dan menyusun argumen yang kuat untuk menyokong klaimnya.


Kekuatan berpikir analitis terletak pada penggunaan metodologi yang sistematis. Dalam penulisan karya ilmiah, misalnya, penulis diwajibkan untuk menyajikan data secara logis dan terukur. Hal ini menciptakan kejelasan yang diperlukan agar pembaca dapat mengikuti alur pemikiran yang disajikan.


Pakar pendidikan seperti Edward de Bono menekankan bahwa berpikir analitis adalah fondasi penting dalam pengambilan keputusan yang efektif. Pendekatan ini memungkinkan penulis untuk merumuskan argumen yang kuat, memberi bobot pada setiap klaim yang diajukan.


Berpikir Kreatif: Melampaui Batasan


Di sisi lain, berpikir kreatif, atau creative thinking, menekankan pada pencarian alternatif dan terobosan baru. Proses ini lebih bebas dan random, memberi ruang bagi penulis untuk mengeksplorasi ide-ide di luar kebiasaan. Kekuatan berpikir kreatif terletak pada imajinasi dan intuisi, mendorong penulis untuk menciptakan karya yang unik dan memikat.


Contoh : "Dalam imajinasinya, ia menciptakan dunia di mana manusia berkomunikasi dengan bintang-bintang, setiap cahaya mengandung pesan yang hanya bisa dipahami oleh jiwa-jiwa yang bersedia mendengar."


Dalam menulis novel fiksi ilmiah, penulis mungkin menciptakan dunia baru dengan teknologi yang belum ada dalam kenyataan. Ia menggunakan imajinasinya untuk menggambarkan kehidupan di planet lain, dengan karakter-karakter yang memiliki kekuatan luar biasa, sehingga menciptakan narasi yang memikat dan merangsang imajinasi pembaca.


Dalam konteks ini, kemampuan kontemplasi menjadi sangat penting. Penulis yang kreatif tidak hanya berpikir, tetapi juga merasakan, mengolah pengalaman dan emosi menjadi narasi yang mendalam. Jargon seperti "out of the box" dan "break the rules" mencerminkan semangat inovatif yang menjadi ciri khas proses kreatif.


Sir Ken Robinson, seorang ahli kreativitas, berpendapat bahwa pendidikan seharusnya tidak hanya fokus pada pengetahuan akademis, tetapi juga pada pengembangan kreativitas individu. Menurutnya, kemampuan untuk berpikir kreatif adalah salah satu keterampilan paling berharga di abad ke-21.


Menulis dalam Berbagai Konteks


1. Menulis Analisis Penelitian Penulisan analisis penelitian membutuhkan pendekatan yang disiplin dan terstruktur. Penulis bertanggung jawab untuk menyajikan data dan fakta secara jelas, menciptakan argumen yang dapat dipertanggungjawabkan.


Contoh : "Di balik tumpukan data, peneliti menemukan pola yang menakjubkan; setiap angka tidak hanya mewakili statistik, tetapi juga cerita tentang kehidupan yang berubah akibat kebijakan yang diterapkan."


Dalam artikel tentang efektivitas vaksin, penulis akan mengumpulkan data klinis dari uji coba dan menyajikannya dalam bentuk grafik serta tabel, menjelaskan metodologi yang digunakan dan menarik kesimpulan berdasarkan analisis data tersebut.


2. Menulis Hasil Kontemplasi Diri 


Dalam menulis hasil kontemplasi, penulis merenungkan pengalaman pribadi, menghasilkan refleksi yang mendalam dan sering kali bersifat eksistensial.


Contoh : "Setiap malam, di bawah cahaya bulan, ia merenungkan pilihan-pilihan yang telah diambil, mencoba memahami arti dari setiap langkah yang membawanya ke tempat ini."


Seorang penulis mungkin menulis esai tentang perjalanan hidupnya menghadapi kehilangan, menggali emosi dan pemikirannya tentang makna hidup, menciptakan narasi yang menyentuh hati dan relevan bagi banyak orang.


3. Menulis Kebijakan Strategis 


Kebijakan strategis harus bersifat actionable dan terukur, merumuskan ide-ide yang dapat diimplementasikan untuk mencapai tujuan jangka panjang.


Conoh: "Di ruang rapat yang sunyi, tim menyusun strategi, setiap kata yang diucapkan adalah langkah menuju masa depan yang lebih cerah, di mana pendidikan diakses oleh semua."


Dalam dokumen kebijakan pendidikan, penulis akan merumuskan langkah-langkah konkret untuk meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah-sekolah, termasuk rencana anggaran, pelatihan guru, dan penilaian efektivitas program.


4. Menulis Inspirasi dan Motivasi 


Penulisan motivasi bertujuan untuk menginspirasi pembaca, menggunakan bahasa yang menggugah semangat dan membangkitkan rasa optimisme.


Contoh : "Dari reruntuhan kegagalan, ia bangkit, menatap matahari terbit yang membawa harapan baru, seolah berkata, 'Setiap hari adalah kesempatan baru untuk memulai.'"


Seorang penulis buku motivasi mungkin membagikan kisah-kisah inspiratif tentang individu yang berhasil mengatasi rintangan besar, memberikan pembaca harapan dan dorongan untuk mencapai impian mereka sendiri.


Mengapa Kita Menulis?


Imam Syafi'i mengungkapkan, "Ilmu adalah buruan dan tulisan adalah ikatannya." Kalimat ini menggarisbawahi betapa pentingnya menulis sebagai alat untuk mendokumentasikan pengetahuan. Pramoedya Ananta Toer menambahkan, "Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah." Dengan demikian, menulis bukan hanya sekadar aktivitas, tetapi juga suatu bentuk kerja untuk keabadian.


Tiga Model Menulis Kreatif


1. Menyampaikan Fakta dengan Cara Kreatif Pendekatan ini mengombinasikan fakta dengan gaya penulisan yang menarik, membuat pembaca tidak hanya mendapatkan informasi, tetapi juga terhibur.


Contoh Kalimat Naratif: "Di tengah hiruk-pikuk kehidupan, penulis menggambarkan fakta tentang polusi udara dengan kata-kata yang seolah-olah menghidupkan asap yang menyelimuti kota, menarik pembaca ke dalam kenyataan pahit yang harus dihadapi."


Contoh: Seorang jurnalis dapat menulis artikel tentang perubahan iklim dengan menggunakan narasi yang melibatkan kisah pribadi petani yang terdampak, membuat fakta menjadi lebih hidup dan mudah dipahami.


2. Menambahkan Hal Baru dengan Imajinasi Dalam model ini, penulis memperkaya fakta dengan imajinasi, menciptakan narasi yang lebih hidup dan menggugah.


Contoh Kalimat Naratif: "Setiap daun yang gugur menjadi saksi bisu, mengisahkan perjalanan waktu yang tak terelakkan, di mana realita dan khayalan bertemu dalam harmoni yang indah."


Dalam penulisan puisi, penulis dapat menggambarkan suasana hati dan perasaan dengan mengaitkan elemen alam, sehingga memberikan makna yang lebih dalam kepada pembaca.


3. Membangun Realita Baru dengan Imajinasi di atas Fakta Penulis mengolah fakta menjadi dunia baru yang imajinatif, memberikan perspektif segar yang menantang cara pandang konvensional.


Contoh Kalimat Naratif: "Di tengah sejarah yang terukir, ia membayangkan tokoh-tokoh masa lalu berbisik, menjalin cerita yang melampaui batas waktu dan menghidupkan kembali momen-momen bersejarah dengan warna-warna baru."


Seorang penulis fiksi sejarah dapat mengolah fakta-fakta sejarah menjadi cerita yang mengisahkan tokoh-tokoh terkenal dalam situasi yang imajinatif, memperlihatkan sisi lain dari sejarah yang mungkin belum dikenal.


Menarik bukan?



PROFIL PENULIS 

----------

Rissa Churria adalah pendidik, penyair, esais, pelukis, aktivis kemanusiaan, pemerhati masalah sosial budaya, pengurus Komunitas Jagat Sastra Milenia (JSM), pengelola Rumah Baca Ceria (RBC) di Bekasi, anggota Penyair Perempuan Indonesia (PPI), saat ini tinggal di Bekasi, Jawa Barat, sudah menerbitkan 7 buku kumpulan puisi tunggal, 1 buku antologi kontempelasi, serta lebih dari 100 antologi bersama dengan para penyair lainnya, baik Indonesia maupun mancanegara. Rissa Churria adalah anggota tim digital dan siber di bawah pimpinan Riri Satria, di mana tugasnya menganalisis aspek kebudayaan dan kemanusiaan dari dunia digital dan siber.

Comments

Post a Comment