KRITIK SASTRA BERASISTENSI AI TERHADAP PUISI "SEI KAYAN" KARYA MUHAMMAD THOBRONI DENGAN PENDEKATAN RESEPSI SASTRA


Kritik Sastra Berasistensi AI terhadap Puisi "Sei Kayan" Karya Muhammad Thobroni dengan Pendekatan Resepsi Sastra 


Puisi "Sei Kayan" karya Muhammad Thobroni merupakan sebuah karya sastra yang menggambarkan keindahan alam dan pergulatan masyarakat di sepanjang sungai Kayan, Kalimantan Utara. Dalam mengkritik puisi ini, pendekatan resepsi sastra menjadi relevan karena berfokus pada bagaimana karya tersebut diterima oleh pembaca dengan latar belakang sosial, budaya, dan historis yang berbeda. Pendekatan ini memungkinkan kita memahami makna dan signifikansi puisi ini berdasarkan respons pembaca dari berbagai perspektif.


### Analisis Puisi "Sei Kayan" melalui Pendekatan Resepsi Sastra


Pendekatan resepsi sastra menekankan pentingnya interaksi antara teks dan pembaca. Artinya, pemaknaan terhadap suatu karya sastra tidak hanya ditentukan oleh maksud pengarang, tetapi juga oleh latar belakang dan pengalaman pembaca dalam memahami karya tersebut. Hans Robert Jauss, seorang tokoh teori resepsi, menyatakan bahwa setiap pembaca memiliki "horizon harapan" yang berbeda-beda dalam menginterpretasi karya sastra. Dengan kata lain, puisi "Sei Kayan" dapat dimaknai secara berbeda oleh pembaca yang memiliki latar belakang sosial, budaya, atau geografis yang berbeda.


Puisi "Sei Kayan" mencerminkan hubungan erat antara masyarakat dan alam, sebagaimana yang dapat kita lihat dari kutipan berikut:


> "Di sini sungai mengalir tenang,  

> Menyanyikan kisah para leluhur,  

> Membawa pesan rimba dan gunung,  

> Menghanyutkan jiwa menuju masa lampau."


Dari kutipan ini, dapat dilihat bahwa Thobroni mengangkat sungai Kayan sebagai simbol kehidupan yang penuh dengan cerita dan sejarah. Bagi masyarakat Kalimantan Utara, sungai Kayan bukan hanya sekadar aliran air, tetapi juga bagian integral dari kehidupan mereka, tempat di mana tradisi, kepercayaan, dan budaya berkembang. Sungai ini menjadi saksi bisu dari perjalanan sejarah suku-suku Dayak, mulai dari berburu, berladang, hingga berinteraksi dengan alam sekitar.


### Resepsi Pembaca terhadap "Sei Kayan"


Bagi pembaca yang memiliki latar belakang budaya Kalimantan, puisi ini mungkin akan memunculkan rasa nostalgia atau kebanggaan akan warisan leluhur. Sungai Kayan dianggap sebagai bagian dari identitas dan jiwa masyarakat setempat. Puisi ini bukan hanya menggambarkan keindahan fisik sungai, tetapi juga makna spiritual yang terkandung di dalamnya. Karya ini dapat menumbuhkan kesadaran akan pentingnya menjaga alam dan menghargai tradisi yang ada.


Sebaliknya, bagi pembaca yang tidak memiliki keterikatan budaya dengan Kalimantan, puisi ini dapat menjadi pintu masuk untuk memahami kehidupan dan filosofi masyarakat Dayak. Pembaca dari luar daerah mungkin lebih menyoroti keindahan alam yang digambarkan atau pesan ekologis yang tersirat dalam puisi ini. Kutipan "membawa pesan rimba dan gunung" dapat diartikan sebagai seruan untuk menjaga kelestarian lingkungan yang semakin terancam oleh aktivitas manusia seperti pembalakan liar dan penambangan.


### Konteks Sosial Budaya dalam "Sei Kayan"


Puisi "Sei Kayan" tidak bisa dilepaskan dari konteks sosial budaya masyarakat Kalimantan, khususnya Dayak Kenyah dan Dayak Kayan yang mendiami wilayah sekitar sungai Kayan. Bagi mereka, sungai bukan hanya sarana transportasi dan sumber penghidupan, tetapi juga bagian dari kosmologi yang mempengaruhi kehidupan sosial dan spiritual. Sebagai contoh, berbagai upacara adat dan ritual tradisional dilakukan di sepanjang sungai untuk menghormati leluhur atau memohon keberkahan alam.


Namun, di balik keindahan alam yang digambarkan dalam puisi ini, ada pula persoalan sosial yang tak bisa diabaikan. Konflik antara masyarakat adat dan perusahaan yang melakukan eksploitasi sumber daya alam seringkali terjadi. Sungai Kayan, yang dulunya tenang dan jernih, sekarang menghadapi ancaman pencemaran akibat aktivitas pertambangan dan pembalakan liar. Dengan demikian, "Sei Kayan" dapat pula dibaca sebagai kritik terhadap perusakan lingkungan dan kehilangan budaya tradisional akibat modernisasi.


### Kutipan dari Penulis: Perspektif Thobroni terhadap Sungai Kayan


Muhammad Thobroni, dalam salah satu wawancaranya, pernah mengatakan, "Sungai Kayan bukan hanya sekadar aliran air, tetapi juga mengalirkan sejarah, kisah perjuangan, dan identitas masyarakatnya. Dalam setiap lekukan dan deras arusnya, ada cerita tentang kehidupan yang tak terpisahkan dari alam." Pernyataan ini menunjukkan bagaimana Thobroni memandang sungai sebagai entitas yang hidup, penuh dengan makna dan cerita.


Puisi "Sei Kayan" bukan hanya sekadar gambaran visual dari sebuah sungai, tetapi juga sebuah narasi tentang kehidupan dan pergulatan masyarakat yang hidup di sekitarnya. Karya ini mendorong pembaca untuk merenungkan kembali hubungan manusia dengan alam dan pentingnya menjaga keseimbangan antara eksploitasi dan pelestarian lingkungan.


### Kesimpulan


Dengan pendekatan resepsi sastra, puisi "Sei Kayan" dapat dimaknai secara lebih kaya karena memperhitungkan perspektif pembaca yang beragam. Karya ini tidak hanya berbicara tentang keindahan alam Kalimantan, tetapi juga mencerminkan kekhawatiran terhadap perubahan sosial dan lingkungan yang dihadapi masyarakat lokal. Penggunaan simbolisme alam dalam puisi ini menggugah pembaca untuk melihat kembali arti sungai sebagai elemen penting dalam kehidupan manusia.


Pada akhirnya, "Sei Kayan" tidak hanya menyampaikan pesan tentang keindahan dan kebesaran alam, tetapi juga mengingatkan kita akan pentingnya menjaga warisan budaya dan kelestarian lingkungan. Puisi ini mengajak kita untuk tidak melupakan sejarah dan tradisi yang mengalir bersama aliran sungai Kayan, yang terus menyanyikan kisah para leluhur.

Comments