KRITIK SASTRA BERASISTENSI AI TERHADAP CERITA PENDEK "USTADZ MISTERIUS" KARYA MUHAMMAD THOBRONI DENGAN PENDEKATAN SOSIOLOGI SASTRA


 KRITIK SASTRA BERASISTENSI AI TERHADAP CERITA PENDEK "USTADZ MISTERIUS" KARYA MUHAMMAD THOBRONI 



Cerpen "Ustadz Misterius" karya Muhammad Thobroni adalah karya yang menggambarkan pergulatan sosial dan moral dalam masyarakat, terutama yang terkait dengan peran dan citra seorang ustadz. Cerpen ini dapat dikaji melalui pendekatan sosiologi sastra untuk mengungkap bagaimana karya tersebut merefleksikan realitas sosial dan budaya masyarakat.



Pendekatan Sosiologi Sastra


Pendekatan sosiologi sastra adalah metode kritik sastra yang melihat karya sastra sebagai cerminan dari kondisi sosial, budaya, dan politik masyarakat di mana karya tersebut lahir. Menurut Wellek dan Warren (1956), sastra tidak hanya merupakan ekspresi individu, tetapi juga sebuah dokumen sosial yang mengungkapkan kondisi sosial tertentu. Oleh karena itu, pendekatan ini berupaya menghubungkan isi karya sastra dengan konteks sosial masyarakat, serta menggali nilai-nilai dan ideologi yang ada di dalamnya.




Analisis Cerpen "Ustadz Misterius"


Cerpen "Ustadz Misterius" menceritakan tentang seorang ustadz yang tidak dikenal identitasnya namun memiliki pengaruh besar dalam masyarakat. Ustadz ini sering kali hadir tiba-tiba dan memberikan nasihat atau ceramah yang menginspirasi. Namun, pada akhirnya, masyarakat tidak pernah benar-benar mengetahui siapa dia dan dari mana asalnya. Sosok ustadz misterius ini merepresentasikan gambaran pemuka agama yang seolah hadir sebagai pembimbing spiritual, tetapi juga menyimpan misteri dan kontradiksi yang tidak terpecahkan.


Dalam cerpen ini, Thobroni menyajikan kritik sosial terhadap masyarakat yang sering kali terlalu cepat menaruh kepercayaan pada seseorang hanya karena citra religius yang dibawanya, tanpa mencoba mengetahui latar belakang atau integritasnya secara lebih dalam. Ini mencerminkan fenomena sosial di mana figur keagamaan memiliki posisi yang sangat dihormati, tetapi terkadang digunakan untuk kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. Ustadz dalam cerpen ini mungkin saja mencerminkan simbol bagi banyak figur agama yang populer dan disanjung, namun belum tentu sepenuhnya memahami atau menjalankan nilai-nilai agama yang sebenarnya.




Refleksi Realitas Sosial


Menurut Sapardi Djoko Damono (1984), karya sastra adalah produk budaya yang lahir dari kondisi masyarakat tertentu dan dapat merefleksikan norma serta konflik sosial yang terjadi. Dalam "Ustadz Misterius", Thobroni menggambarkan adanya konflik batin dalam masyarakat terhadap otoritas agama, di mana sosok ustadz bukan lagi hanya dilihat sebagai pembimbing spiritual yang murni, tetapi juga sebagai individu yang bisa saja menyembunyikan agenda tersembunyi. Ini menunjukkan bahwa masyarakat mulai mempertanyakan otoritas agama tradisional dan mencari bentuk keagamaan yang lebih autentik dan tidak hanya berbasis pada simbolisme atau penampilan luar semata.




Kritik terhadap Fenomena Sosial Keagamaan


Cerpen ini dapat dibaca sebagai kritik terhadap fenomena di masyarakat yang mudah terpesona oleh retorika religius tanpa memahami esensinya. Dengan menampilkan ustadz yang misterius dan tidak jelas latar belakangnya, Thobroni mencoba mengajak pembaca untuk lebih kritis terhadap pemuka agama yang cenderung hanya mengandalkan karisma tanpa bukti nyata tentang kualitas moral dan spiritual mereka. Hal ini juga dapat dilihat sebagai cerminan dari kekhawatiran terhadap munculnya banyak ustadz "instan" di media sosial yang tiba-tiba populer tanpa dasar pengetahuan agama yang memadai.




Kesimpulan


Cerpen "Ustadz Misterius" karya Muhammad Thobroni, ketika dikaji melalui pendekatan sosiologi sastra, menyoroti dinamika sosial tentang figur keagamaan dalam masyarakat. Melalui sosok ustadz yang penuh misteri, Thobroni menyampaikan kritik terhadap kecenderungan masyarakat yang mudah terkecoh oleh penampilan religius seseorang, dan mengingatkan agar selalu kritis dalam menilai keaslian seorang pemuka agama. Karya ini tidak hanya merefleksikan realitas sosial, tetapi juga menggugah kesadaran akan pentingnya integritas moral dan spiritual dalam kehidupan beragama.



Konteks Sejarah dan Sosial Budaya


Cerpen "Ustadz Misterius" karya Muhammad Thobroni muncul dalam latar belakang sosial budaya Indonesia yang kaya akan tradisi keagamaan, khususnya Islam, yang memainkan peran sentral dalam kehidupan masyarakat. Sejak masa kolonial hingga pasca-kemerdekaan, Islam menjadi salah satu elemen penting dalam pembentukan identitas nasional dan sosial di Indonesia. Sejarah penyebaran Islam di Indonesia yang berlangsung secara damai melalui perdagangan, dakwah, dan pendidikan menciptakan budaya religius yang kuat, dengan para pemuka agama (kyai, ustadz, ulama) menjadi figur yang dihormati dan berpengaruh.


Pada masa modern, peran pemuka agama mengalami dinamika yang signifikan seiring dengan perkembangan media, urbanisasi, dan globalisasi. Sosok ustadz tidak hanya hadir dalam bentuk tradisional di pesantren atau masjid, tetapi juga tampil di media massa dan media sosial. Fenomena ustadz selebriti, yang mulai berkembang sejak akhir abad ke-20, memperlihatkan bagaimana figur keagamaan menjadi bagian dari budaya populer dan hiburan, di mana mereka tidak hanya memberikan ceramah agama, tetapi juga tampil dalam acara televisi, iklan, dan konten media sosial.


Konteks Sosial Budaya


Pada dasarnya, cerpen "Ustadz Misterius" memotret dinamika sosial budaya di Indonesia, di mana terdapat fenomena ambivalen terhadap otoritas keagamaan. Di satu sisi, ada kebutuhan besar akan tokoh agama sebagai penuntun spiritual dalam kehidupan sehari-hari, tetapi di sisi lain, masyarakat mulai menunjukkan kecenderungan kritis terhadap figur-figur tersebut, terutama yang lebih terkenal karena karisma dan popularitas daripada kedalaman ilmu atau praktik spiritualnya. 


Kondisi ini mencerminkan bagaimana proses modernisasi dan perubahan sosial telah memengaruhi persepsi masyarakat terhadap agama dan pemuka agama. Dengan masuknya teknologi komunikasi modern, seperti televisi dan internet, akses terhadap konten religius menjadi semakin mudah dan terbuka. Namun, hal ini juga membawa konsekuensi terjadinya "komodifikasi agama," di mana ajaran agama dapat diakses dengan mudah, tetapi kualitas dan keaslian pesan yang disampaikan oleh pemuka agama terkadang dipertanyakan. Dalam konteks ini, banyak ustadz yang dikenal secara luas karena kehadiran mereka di media, tetapi latar belakang pendidikan agama mereka kurang diketahui secara mendalam oleh masyarakat.


Kritik Terhadap Fenomena Ustadz Selebriti dan Agama sebagai Komoditas


Cerpen ini memberikan kritik tajam terhadap fenomena tersebut, di mana sosok ustadz dalam cerita digambarkan sebagai figur yang misterius dan tidak jelas asal-usulnya, tetapi berhasil mendapatkan perhatian dan pengaruh dalam masyarakat. Ini merefleksikan realitas di mana sebagian masyarakat lebih tertarik pada penampilan luar dan popularitas seorang pemuka agama, ketimbang mempertanyakan dan mencari tahu tentang latar belakang dan kedalaman ilmunya. 


Secara sosial budaya, karya ini juga mencerminkan adanya perubahan dalam cara pandang masyarakat terhadap agama dan praktik keagamaan. Agama, yang sebelumnya dianggap sebagai wilayah privat yang sakral dan serius, kini juga menjadi bagian dari budaya populer yang sering kali terjebak dalam logika pasar dan pencitraan. Fenomena ustadz selebriti dan dakwah melalui platform digital telah menambah kompleksitas dalam memahami fungsi sosial seorang pemuka agama, yang bisa saja lebih dipandang sebagai "figur publik" daripada "figur rohani."


Dalam konteks sejarah dan sosial budaya inilah, "Ustadz Misterius" menjadi kritik yang relevan. Karya ini menggugah pembaca untuk kembali mengevaluasi kualitas seorang pemuka agama bukan hanya berdasarkan popularitasnya, tetapi juga integritas dan komitmennya dalam menghidupi ajaran agama secara autentik. Thobroni seolah mengingatkan bahwa agama bukan sekadar penampilan atau retorika, melainkan juga melibatkan kedalaman pemahaman dan praktik nyata yang mampu membawa perubahan positif bagi kehidupan individu dan masyarakat.


Dengan mempertimbangkan latar sejarah dan sosial budaya Indonesia, "Ustadz Misterius" mengajak masyarakat untuk lebih waspada terhadap fenomena "industrialisasi" agama dan mendorong kesadaran kritis terhadap sosok pemuka agama yang hanya dikenal melalui media massa, bukan melalui kedalaman ilmu dan kontribusi nyata dalam kehidupan masyarakat.


Referensi:

- Wellek, R., & Warren, A. (1956). *Theory of Literature*. Harcourt, Brace and Company.

- Damono, S. D. (1984). *Sosiologi Sastra: Sebuah Pengantar Ringkas*. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Comments