LENI MARLINA PADANG: BINTANG YANG MENYULAM LANGIT


 Bintang yang Menyulam Langit


Puisi  Leni Marlina


1)

Aku ini serpihan malam, ditiupkan angin dalam sepi,

jatuh di antara celah-celah langit yang rapuh,

cahaya bintang di mataku menjelma serpihan puisi,

membingkai cinta pada tanah ini dengan riak gelap.


Aku bukan hanya penikmat langit, aku penenun kabut,

mengikat bintang-bintang dalam jaring bayangan,

seperti getar angin yang menyusupkan rahasia,

menyulam sinar ke dalam cakrawala yang menggigil.


2)

Setiap bintang adalah isyarat, kugenggam tanpa suara,

meneteskan harapan di lengkung waktu yang terjungkal,

seperti embun yang melukis pagi, aku ini penyaksi,

mengintip fajar dari balik malam yang melengkung.


Dan biarlah gelap merapat, menghujam cakrawala,

aku tetap merayap di langit seperti gelora,

menerjemahkan kesunyian dengan cahaya yang terurai,

menegaskan bahwa cintaku tak lapuk oleh malam.


Langit ini adalah palet tanpa batas,

bintang-bintang bertabur seperti kata tak tertulis,

setiap cahayanya menggeliat mencari makna,

terbenam di ufuk dan lahir kembali sebagai kenangan.


3)

Dari serpihan malam kini aku menjadi bintang yang tak bisa pulang,

terombang-ambing di antara kelokan angkasa,

namun cintaku tetap terhubung dengan bumi yang kupuja,

menjalin langit yang tak pernah lelah menunggu.


Saat malam melepaskan gelap terakhirnya,

kutahu bintang-bintang akan kembali,

bersinar tak pernah sama, tapi selalu setia,

menyulam langit dengan cinta yang tak berbatas waktu.



Padang, Sumbar, 2024

Comments