PACUL BERDARAH KARYA WINA ARMADA: BUKU PENGHARGAAN MURI YANG MENGHIDUPKAN BENDA


PACUL BERDARAH KARYA WINA ARMADA: BUKU PENGHARGAAN MURI YANG MENGHIDUPKAN BENDA

Oleh Nia Samsihono


Karya sastra kerap menjadi cermin untuk melihat kehidupan dari sudut pandang yang tidak biasa. Salah satu antologi puisi yang menarik perhatian adalah Pacul Berdarah: Kumpulan Puisi Serba Benda, karya Wina Armada Sukardi. Buku ini didiskusikan di zoom dan youtube pada hari Selasa 26 November 2024. Saya diajak Mbak Swary Utami Dewi menyimak acara diskusi  yang diadakan oleh Juru Buku, yaitu sebuah ruang untuk berbagi pengalaman para penulis dan pembaca dalam mengemukakan pikirannya.


Sangat menarik paparan Pak Wina Armada tentang puisi-puisinya. Buku ini mendapat penghargaan MURI sebagai kumpulan puisi serba benda pertama. Dalam buku tersebut, Wina Armada menampilkan kepiawaiannya menghidupkan benda-benda mati menjadi subjek yang penuh makna dan emosi, seolah benda-benda tersebut memiliki nyawa dan kisah sendiri.


Buku ini mengambil pendekatan unik dalam eksplorasi tema: benda-benda biasa yang sering kali luput dari perhatian sehari-hari. Benda yang sederhana, menjadi salah satu simbol sentral yang kaya akan filosofi. Benda tidak hanya sekadar alat, tetapi berubah menjadi saksi, pahlawan, atau bahkan korban dari berbagai peristiwa. Wina Armada dengan brilian memberikan suara pada benda-benda yang tampak tak berdaya, memadukannya dengan metafora yang tajam dan imaji yang kuat.


Pacul Berdarah: Simbol Perjuangan dan Ironi

    Salah satu puisi dalam kumpulan ini adalah Pacul. Judul ini langsung mengisyaratkan nuansa perjuangan dan ironi. Pacul mungkin mengingatkan pembaca pada jerih payah petani di ladang atau konflik sosial yang sering melibatkan kaum marjinal. Benda ini menjadi metafora yang melampaui fungsi aslinya, mengisahkan tentang ketimpangan, kerja keras, atau bahkan pengorbanan. Melalui pacul, Wina Armada menyampaikan kritik sosial yang menggugah, sekaligus mengajak pembaca merenungkan makna hidup dan kerja keras.


Kekuatan Imaji dan Gaya Bahasa

    Wina Armada adalah maestro dalam menciptakan imaji yang kuat. Dengan gaya bahasa yang sederhana tetapi penuh kedalaman, ia mampu membawa pembaca masuk ke dalam dunia yang tak terduga. Dalam setiap bait, benda-benda seperti tirai, tangga, hingga pacul, menjadi medium untuk menggambarkan kompleksitas hidup manusia. Personifikasi yang ia gunakan tidak terasa dipaksakan, tetapi justru mengalir dengan alami, membuat pembaca merasa dekat dengan benda-benda itu.


Relevansi dengan Kehidupan Modern

    Pacul Berdarah juga relevan dalam konteks kehidupan modern. Di tengah dunia yang semakin materialistis, buku ini mengingatkan bahwa bahkan benda-benda mati pun bisa menyimpan cerita. Selain itu, antologi ini menyentuh isu-isu sosial yang sering kali terlupakan, seperti perjuangan kaum pekerja, keberlanjutan alam, dan hubungan manusia dengan lingkungannya.


Penutup

    Pacul Berdarah adalah antologi puisi yang patut mendapat tempat istimewa di hati para pecinta sastra. Dengan gaya penulisan yang sederhana namun mendalam, Wina Armada berhasil membuktikan bahwa benda-benda yang tampak sepele bisa menjadi sumber inspirasi yang tak terbatas. Buku ini tidak hanya menghibur, tetapi juga menggugah kesadaran, menjadikan pembaca lebih peka terhadap hal-hal kecil di sekitar mereka. Apakah Anda sudah membaca buku ini? Jika belum, mungkin ini saatnya untuk merasakan keajaiban dunia benda melalui kata-kata Wina Armada.


Nia Samsihono, penulis tinggal di Jakarta

Comments